TUGAS
BIMBINGAN DAN
KONSELING SOSIAL
PERSEPSI
SOSIAL DAN KOGNISI SOSIAL : MEMAHAMI DUNIA SOSIAL
Dosen Pengampu : Enik Nur
Kholidah.S.Pd,M.A.
Disusun oleh :
Supri Widyanto 10144200270
Ana Oktavia 10144200253
Nur Hidayatus Shalih 10144200266
Agus Setyawan Dwi S 10144200271
Hervigo Guspawanda P 10144200282
Misri Wagianti 10144200296
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI YOGYAKARTAS
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata
kuliah Bimbingan dan konseling sosial dengan judul ”PERSEPSI SOSIAL DAN
KOGNISI SOSIAL : MEMAHAMI DUNIA SOSIAL” Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta.
Terima kasih disampaikan kepada Ibu Enik Nur
Kholidah.S.Pd,M.A. selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling Sosial yang
telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat,
agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Yogyakarta, Oktober 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk social yang sekaligus
sebagai makhluk individu maka dalam kehidupanya pun memiliki perbedaan antara
yang satu dengan yang lain.Adanya perbedaan inilah yang menyebabkan mengapa
seseorang menyenangi suatu obyek,sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci
obyek tersebut.
Hal ini sangat tergantung bagaimana individu
menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya.pada kenyataanya sebagian besar
sikap,tinggkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami
oleh setiap orang dalam memahami tentang lingkungannya.
2. Identifikasi Masalah
Dalam hal ini
penulis mencoba untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
Persepsi Social dan Kognisi Sosial.
- Untuk mengetahui tentang arti atau pengertian dari
persepsi,serta mengetahui proses dan sifat persepsi.
- Untuk mengetahui jenis atau bentuk dari komunikasi non
verbal.
- untuk dapat mengetahui maksud dari Atribusi,Elemen
sosial,Pembentukan kesan,Manajemen kesan
- Untu mengetahui maksud dari Kognisi sosial.
3. Tujuan
Membahas mengenai peranan persepsi dan kognisi
dalam kehidupan social,serta keterkaitanya dengan aspek-aspek lain,yang
berkaintan dengan individu maupun masyarakat luas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Persepsi
MOSKOWITZ & ORGEL Berpendapat
bahwa Persepsi merupakan proses pengorganisasian penginterpretasian terhadap
stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakin sesuatu
yang berarti dan merupakan aktivitas yang integret dalam diri individu (Psiko Social
Bimo Walgito 2003 : 541).
Menurut Davidoff Persepsi merupakan
proses pengorganisasian dan menginterpretasikan terhadap stimulus oleh
organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.
Menurut Gibson Persepsi sebagai
suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh
individu.
Proses Persepsi dan Sifat Persepsi
Proses persepsi
melalui tiga tahap, yaitu:
1. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
2. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi.
3. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.
Menurut Newcomb (dalam Arindita,
2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:
1. Konstansi
(menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri
walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
2. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan
psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang
bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap
informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan
diserap.
3. Proses organisasi yang selektif: beberapa
kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang
berbeda-beda.
Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah
merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen
tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1.
Komponen kognitif,Yaitu
komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki
seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk
suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen Afektif,Afektif berhubungan dengan
rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat
dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif,Yaitu merupakan kesiapan
seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
Persepsilah yang menentukan kita
memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain.Semakin tinggi derajat kesamaan
persepsi indiviu semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi dan
sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau
kelompok identitas.Perrsepsi meliputi :
1. Pengindraan (sensasi),melalui
alat-alat indra kita (indra perasa,indra peraba,indra pencium,indra
pengecap,dan indra pendengar) maka pesan
Dikirim ke otak
dan di pelajari.semua indra mempunyai andil dalam komunikasi
manusia,penglihatan menyampaikan pesan non verbal ke otak untuk di
tafsirkan,penciuman,sentuhan dan pengecapan,terkadang memainkan peran penting
dalam berkomunikasi,seperti jabat tanggan yang kua.
2. Atensi
atau Perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil infirmasi dari
sejumlah besar informasi yang didapatkan dari pengindraan,ingatan,dan proses
kognitif lain.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumber daya mental
yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsangan
tertentu.
3. Interpretasi
adalah proses komunikasi lisan atau
gerakan atau antara dua atau lebih pembicara yang dapat menggunakan
symbol-simbol yang sama,baik secara simultan (dikenal dengan interpretasi
simultan) atau berurutan (dikenal sebagiai interpretasi berurutan).
B. Komunikasi Non
Verbal
Yaitu merupakan komulikasi antar
individu tanpa melibatkan isi bahasa lisan,namun mengandalkan
bahasa-bahasa non lisan melaluin expresi
wajah,kontak mata,dan bahasa tubuh.Perilaku nonverbal relative tidak bias
dikekang dan sulit di control.Petunjuk nonverbal yang ditampilkan oleh
seseorang dapat mempengaruhi perasaan kita meskipun kita tidak secara sadar
memperhatikan petunjuk ini,atau sengaja membaca perasaanya.Saluran komunikasi
nonverbal ada 4,yaitu :
- Ekspresi Wajah
“Wajah adalah Gambaran Jiwa”,Perasaan dan emosi manusia seringkali terbaca
di wajahnya dan dapat di kenali melalui berbagai ekspresinya.emosi dasar
manusia ada 6 : Marah,Takut,Bahagia,Sedih,Terkejut,Jijik.contoh : orang
yang sedang marah maka raut mukanya akan memerah.
- Kontak Mata “Mata
adalah Jendela Hati”,Kita bisa mengetahui perasaan orang lain melalui
tatapan mata.kontak mata yang intensitasnya tinggi bias di interpretasikan
sebagai bentuk rasa suka,tetapa ada pengecualian jika seseorang memandangi
kita secara terus menerus dan memperhatikan kontak mata tanpa peduli
apapun yang sedang dikerjakanya,jenis pandangan ini sering disebut
staring(menatap).
- Bahasa Tubuh
(gesture,postur,dan gerakan).Bahasa tubuh seringkali menggungkapkan
emosional seseorang.makin banyak pola gerakan tubuh juga menyerupai makna
tersendiri.gesture(sikap tubuh)didalamnya terdapat emblem(gerakan tubuh
yang menyaratkan makna khusus menurut budaya tertentu).
- Sentuhan,sentuhan
merupak suatu hal yang dapat membangkitkan perasaan positif orang yang di
sentuh.contohnya Jabat Tangan,Jabat tangan mengungkapkan banyak hal tentang
orang lain.misal jabat tangan yang kuat merupakan teknik yang baik untuk
menampilkan kesan pertama yang menyenangkan pada orang lain.
C. Atribusi
Yaitu merupakan proses dimana kita mencoba mencari
informasi mengenai bagaimana seseorang berbuat dan mengapa mereka berbuat
demikian.
Teori Atribusi Harold Kelley,memandang individu
sebagai psikologi amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada
berbagai peristiwa yang dihadapi,ia mencoba menemukan apa yang menyebabkanya
,atau apa yang mendorong siapa melakukan apa.Respon yang kita berikan pada
suatu peristiwa tergantung pada interpretasi kita tentang peristiwa itu.ada 3
sumber informasi penting untuk menjawab mengapa dalam perilaku orang lain,yaitu
:
1.
Konsensus,yaitu derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus
atau peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi (apakah orang
lain bertindak sama seperti penanggap).
2 Konsistensi,yaitu derajat k3esamaan
reaksi seseorang terhadap suatu stimulus atau suatu peristiwa yang berbeda-beda
(apakah penanggap bertindak sama pada situasi yang lain).
3. Distingsi,yaitu
derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus atau peristiwa
yang berbeda (apakah orang itu bertindak sama pada situasi lain atau pada saat
itu saja.
Kita mengatribusikan perilaku orang lain pada
penyebab internal bila (consensus dan distingsi rendah namun konsistensi
tinggi),namun sebaliknya,kita mengantribusikan perilaku orang lain pada
penyebab eksternal bila(consensus,distingsi dan konsistensi tinggi).
D. Elemen
Sosial
Ada
3 elemen yang merupakan petunjuk tidak langsung ketika menilai seseorang :
- Elemen
pribadi,proses pembentukan persepsi social berdasarkan penilaian
pribadi,antara lain yang dilakukan dengan cepat,ketika melihat penampilan
fisik,jenis kelamin,suku/ras,status social
ekonomi,pekerjaan,dll.contoh,seseorang laki-laki yang menggunakan anting
maka akan di persepsikan sebagai orang yang nakal,
- Elemen
situasi,Semakin banyak atau kaya pengalaman hidup seseorang,semakin bijak
persepsi social yang dibentuk dari situasi.contoh,seorang dosen yang
berjalan dengan siswanya bila mereka berjalan di kampus ,orang akan
menilai itu hanyalah mahasiswanya.tetapi apabila mereka berjalan di
bioskop maka orang akan menilai bahwa orang itu selingkuhanya.
- Elemen
perilaku,Perilaku membutuhkan bukti-bukti yang dapat diamati untuk
mengidentifikasi aktivitas seseorang.Ketajaman pengamatan seseorang
menentukan persepsi orang lain.orang mengandalkan perilaku nonverbal untuk
menguatkan perilakunya,namun hasilnya kadang akurat karena terletak pada
kata-kata dan ekspresi wajah.tombol komunikasi sepenuhnya berada dibawah
kenali orang yang dinilai,sehinga ia dapat mengatur kata-kata dan
ekspresinya.namun isyarat bahasa tubuh dan perubahan intonasi suara
merupakan petunjuk yang sangat berharga alam proses persepsi social
bersumber paa elemen perilaku.contoh,Penelitian terhadap siswa yang suka
ngantuk di dalam kelas,tentunya penelitian itu tidak bisa jika hanya
dilakukan satu atau dua kali saja,,maka diperlukan waktu yang cukup banyak
atau lama untuk bisa mendapatkan kesimpulan tentang siswa yang suka
nagntuk di dalam kelas.
E. Pembentukan Kesan
(Impression Formation)
Pembentukan kesan adalah Proses dimana kita
membentuk kesan tentang orang lain.pada banyak hasil penelitian,ternyata banyak
ditemukan bahwa kesan pertama sangat berpengaruh dan sangat penting dalam
kelanjutan persepsi orang lain terhadap kita.Ketika memberi kesan pada suatu
sesungguhnya kita tidak memberikan kesan sebagian-sebagian tetapi keseluruhan
dari apa yang akan kita beri kesan.Pembentukan kesan pertama kepada orang lain
terjadi dalam waktu yang relative pendek.penyebabnya adalah implicit
personality theory,yakni kecenderungan menggabungkan beberapa sifst sentral dan
peripheral.kesan pertama seringkali salah karena lebih percaya teori sendiri
daripada kenyataan.
F. Manajemen Kesan
Yaitu merupakan usaha yang ilakukan seseorang untuk
menampilkan kesan pertama yang disukai paa orang lain.Ada 2 bentuk Manajemen
Kesan :
- Strategi
self-enhancenent,Suatu usaha yang
dilakukan untuk menampilkan kesan pertama yang disukai pada orang
lain.meliputi meningkatkan penampilan fisik melalui gaya
berbusana,charisma diri,dan penggunaan atribut sehingga berusaha membuat
deskripsi diri yang positif.misal,Pada saat dating ke pesta pernikahan
menggunakan pakaian yang rapi,jas misalnya serta menggunakan jam tangan.
- Strategi
other-enhancement,Suatu upaya untuk
membuat orang yang dituju merasa nyaman.misaql dengan pujian (membuat
pernyataan yang memuji orang yang kita tuju,sifat-sifat atau
kesuksesannya).
G. Pengertian Kognisi
Sosial
Kognisi Sosial adalah Kepercayaan seseorang yang
didapatkan tentang sesuatu yang didapat dari proses berfikir tentang
seseorang/suatu proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan
memanipulasi pengetahuan melalui aktifitas
mengingat,memahami,menganalisis,menilai,menalar,membayangkan dan berbahasa.
Menurut Baron & byrne (2000),Kognisi social
merupakan cara untuk menganalisis,mengingat,dan menggunakan informasimengenai
kejadian atau peristiwa-peristiwa social.dalam menganalisis peristiwa,terdapat
3 proses,yaitu :
- Attention : Proses
pertama kali dimana individu memperhatikan gejala-gejala social yang ada
disekelilingnya.
- Encoding :
Memasukkan apa yang di perhatikan kedalam memorinya dan menyimpannya.
- Retrieval :
Apabila kita menemukan gejala yang mirip kita akan mengeluarkan ingatan
kita dan membandingkan apabila ternyata sama maka kita bisa mengatakan
sesuatu mengenai gejala tersebut atu bisa juga individu mengeluarkan
ingatannya ketika akan menceritakan peristiwa yang dialami.
Jadi Kognisi social adalah tatacara kita
menginterpretasikan,menganalisa,mengingat,dan menggunakan informasi tentang
dunia social.kognisi social dapat terjadi secara otomatis.
- Kejadian social
dan dampak tingkah laku
Skema merupakan komponen dasar
kognisi.Skema merupakan struktur mental yang membantu kita mengorganisasi
informasi social,dan menuntun pemrosesannya.skema berkisar pada sustu tema dan
obyek tertentu.dalam otak kita skema merupakan sebuah scenario,yang memiliki
alur.skema di otak kita terbentuk berdasarkan pengalaman yang pernah kita alami
sendiri atau diceritakan oleh orang lain.
Skema
menimbulkan efek yang kuat terhadap 3 proses dasar: perhatian atau atensi (attention),
pengkodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval). Skema
terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi social (Wyer &
Srull, 1994). Dalam hubungannya dengan atensi, skema seringkali berperan
sebagai penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan
lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok
dengan skema kita seringkali diabaikan (Fiske, 1993), kecuali iinformasi itu
sangat ekstrem. Pengkodean—informasi apa yang dimasukkan ke dalam
ingatan—informasi yang menjadi focus atensi lebih mungkin untuk disimoan dalam
ingatan jangka panjang. Mengingat kembali informasi (retrieval)—informasi
apa yang paling siap untuuk diingat—secara umum, orang melaporkan informasi
yang konsisten dengan skema mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak
konsisten dengan skema juga dapat secara kuat muncul dalam ingatan.
Skema juga memiliki kelemahan (segi
negative). Skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa yang masuk dalam
ingatan kita, dan apa yang kita ingat, sehingga terjadi distorsi pada pemahaman
kita terhadap dunia social. Skema memainkan peran penting dalam pembentukan
prasangka, dalam pembentukan satu komponen dasar pada stereotip tentang
kelompok-kelompok social tertentu. Skema seringkali sulit diubah—skema memiliki
efek bertahan (perseverance effect), tidak berubah nahkan ketika
menghadapi informasi yang kontradiktif. Kadangkala skjema bisa memberikan efek
pemenuhan harapan diri (self-fulfilling) yaitu skema membuat dunia
social yang kita alami menjadi konsisten dengan skema yang kita miliki. Contoh efek
bertahan, ketika kita gagal kita berusaha menghibur diri sendiri dengan
berkata, “kamu hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. contoh
ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling prophecy)—ramalan
yang membuat ramalan itu sendiri benar-benar terjadi, skema guru untuk siswa
yang minoritas yang menyebabkan guru memperlakukan siswa minoritas itu secara
berbeda (kurang positif) sehingga menyebabkan prestasi siswa minoritas ini
menurun. Stereotip tidak hanya memiliki pengaruh—nsmun bisa melalui efek
pemaastian dirinya, stereotip juga membentuk realitas social.
- Belajar Sosial
Manusia
tidak lepas dari keadaan lingkungannya (sosialnya),untuk itu mereka akan selalu
belajar dari keadaan sosialnya.agar dapat diterima dimana mereka berada.perubahan
dari proses belajar adalah jiwa yang mempengaruhi tingkahlaku seseorang.tentu
saja tingkah laku yang sesuai dengan keadaan lingkungannya.
- Faktor yang
menyebabkan ksalahan dalam kognisi social
Bias
negativitas, yaitu kecenderungan memberikan
perhatian lebih pada informasi yang negative. Dibandingkan dengan informasi
positif, satu saja informasi negative akan memiliki pengaruh yang lebih kuat.
Contoh: kita diberitahu bahwa dosen yang akan mengajar nanti adalah orang yang
pintar, masih muda, ramah, baik hati, cantik, namun diduga terlibat skandal
seks. Bias negative menyebabkan kita justru terpaku pada hal yang negative dan
mengabaikan hal-hal positif.
Bias optimistic,
yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir
baik. Kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih
besar dari orang lain untuk mengalami peristiwa negative dan kemungkinan lebih
kecil untuk mengalami peristiwa negative. Contoh: pemerintah seringkali
mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai penyelesaian proyek-proyek
besar—jalan, bandara baru, dsb. hal ini mencerminkan kesalahan perencanaan.
Namun, ketika individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi
yang mungkin negative dan memiliki konsekuensi penting, tampaknya ia justru
sudah bersiap menghadapi hal yang buruk (brancing of loss) dan menunjukkan
kebalikan dari pola optimistic: mereka menjadi pesimis.
Kerugian
yang mungkin terjadi akibat terlalu banyak berpikir.
Terkadang terlalu banyak berpikir dapat menyeret kita ke dalam kesulitan
kognoitif yang serius. Mencoba berpikir sistematis dan rasional mengenai
hal-hal penting adalah penting.
Pemikiran
konterfaktual, yaitu memikirkan sesuatu yang
berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari memikirkan “apa yang akan terjadi
seandainya…”. Contoh: ketika selamat dari kecelakaan pesawat, Andi justru
memikirkan, “bagaimana bila saya tidak langsung terjun tadi, saya sudah mati
pastinya, lalu bagaimana nasib keluarga saya sepeninggalan saya?”, dsb.
pemikiran konterfaktual dapat secara kuat berpengaruh terhadap afeksi kita.
Inaction inertia—kelambanan apatis—muncul ketika individu memutuskan untuk
tidak melakukan sesuatu sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil
yang positif.
Pemikiran
magis, yaitu berpikir dengan melibatkan
asumsi yang tidak didasari alasan yang rasional. Contoh: supaya ujian lulu,
Raju berdoa banyak-banyak dan memakai banyak cincin.
Menekan pikiran,
yaitu usaha untuk mencegah pikiran-pikiran tertentu memasuki alam kesadaran. Proses ini melibatkan 2
komponen, yaitu: proses pemantauan yang otomatis yang mencari tanda-tanda
adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untul muncul kea lam
kesadaran. Ketika pikiran tersebut terdeteksi, proses kedua terjadi, yaitu
mencegah agar pikiran tersebut tetap berada di luar kesadaran tanpa mengganggu
pikiran yang lain. Contoh:anti yang ikut program diet menekan pikirannya akan
makanan-makanan manis.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
Pesepsi itu dimiliki oleh setiap
individu,artinya setiap dari manusia memiliki cara pandang dan pemahaman yang
pasti berbeda dalam melihat suatu obyek di lingkungan kita,baik itu
manusia,makhluk hidup lain,ataupun benda mati.Jadi Persepsi merupan suatu
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang
lingkungannya.
persepsi social dapat dilihat dari :
Komunikasi nonverbal,Atribusi,Pembentukan kesan,Sejauh mana ketepatan persepsi
social itu.keterkaitan antara persepsi social dan kognisi social adalah :
Kognisi merupakan implementasi dari persepsi sosial.
SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
How does Harold Kelley's Attribution Theory characterize individuals as amateur psychologists attempting to understand the causes of events, and what is the significance of this perspective in interpreting human behavior?
BalasHapusTelkom University