Selasa, 13 Februari 2018

“Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Simulation Games Pada Siswa X Mipa 4 SMA Negeri 1 Semarang”.



A.      Latar Belakang

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang dipercaya untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar didalamnya. Kegiatan belajar mengajar tersebut pada umumnya melibatkan interaksi edukatif antara guru yang mengajar dan siswa yang belajar, guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi yang dilakukan antara siswa dengan lingkungan. Salah satu tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh siswa adalah kepercayaan diri.
Kepercayaan diri merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang dan menjadi hal dasar yang penting untuk dikuasai siswa. Kepribadian, kemampuan bersosialisasi, dan kecerdasan bersumber dari rasa percaya diri. Rasa tidak percaya diri seringkali menjadi satu masalah yang sangat merisaukan, baik bagi  siswa, guru dan orang tuanya. Ketidakpercayaan diri pada siswa jika dibiarkan akan menghambat perkembangannya. Apalagi, siswa akan menghadapi kehidupan mendatang yang membutuhkan kekuatan jiwa serta keterampilan pengembangan dirinya. Tanpa adanya rasa percaya diri yang tinggi maka tumbuh kembang seseorang tidak akan optimal. Pradipta (2014:50)  kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Seseorang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Pongky (2014:46) pada prinsipnya rasa percaya diri itu adalah sebagai pelajaran dan pelatihan yang panjang untuk setiap pribadi manusia.
Namun pada kenyataannya dilapangan, menunjukkan bahwa siswa x mipa 4 sering asik bermain hp pada saat jam pelajaran, tidak memperhatikan guru, tidak berani untuk menjawab pertanyaan, malu bertanya, sering melihat pekerjaan teman dan tidak berani tampil di depan kelas. Perlu adanya upaya

untuk  pengembangan  rasa percaya diri peserta didik yaitu dengan unjuk diri menggunakan teknik  yang menarik tujuannya adalah agar siswa tidak jenuh dan pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga anak dapat tertarik dan rasa percaya diri anak meningkat.
Berdasarkan hasil observasi di SMA N 1 Semarang yang dilaksanakan pada tanggal 9 dan 23 Agustus 2017, peneliti memperoleh beberapa informasi yang berkaitan dengan gejala-gejala permasalahan yang dialami oleh siswa di kelas X Mipa 4 SMA N 1 Semarang, diantaranya siswa hanya diam ketika di tanya oleh guru, tidak mau menyampaikan pendapat, malu bertanya dan melihat pekerjaan temannya.
Hal tersebut didukung juga dengan hasil wawancara dengan guru BK tentang gejala permasalahan yang terjadi, diperoleh informasi bahwa siswa belum mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat, hal itu terlihat ketika proses belajar mengajar maupun pelayanan bimbingan konseling siswa tersebut terlihat pasif, Ada beberapa siswa yang memiliki latar belakang ekonomi yang kurang, sedangkan kebanyakan siswa-siswi di SMA N 1 Semarang berasal dari keluarga yang berasal dari latar belakang keluarga menengah keatas, Siswa ragu-ragu ketika menyampaikan pendapat, Siswa malu bertanya ketika belum memahami materi dan Merasa cemas ketika akan menghadapi ulang.
Fakta yang ditemukan peneliti di lapangan, dalam memberikan layanan guru bk tidak menggunakan teknik khusus atau media yang menyenangkan dan menunjang keaktifan siswa, guru masih terkesan mendominasi kelas dengan berceramah sehingga suasana kelas begitu pasif dan kurang menyenangkan. Ditambah lagi jadwal pemberian layanan di kelas x mipa 4 adalah jam terakhir tentu suasana sudah tidak kondusif dan nyaman bagi siswa.
Hasil Studi awal peneliti menunjukkan bahwa 70 % siswa merasa malu ketika menyampaikan pendapat, 61 % siswa merasa binggung berhadapan dengan orang banyak, 33 % mengalami kecemasan ketika akan menghadapi ulangan dan 69 persen lebih suka bekerja secara indiviudal. Selain beberapa temuan diatas, peneliti juga melihat adanya gejala yang nampak pada saat pengisian instrumen assesment kebutuhan, diantaranya: ada beberapa siswa dalam pengisian instrumen melihat pekerjaan temannya, malu  bertanya ketika tidak mengerti, ketika ditanya tidak mau menjawab, dan cenderung diam. Hal tersebut juga terlihat ketika pemberian layanan yang diberikan di kelas X Mipa 4, siswa yang berani bertanya hanya hanya 4 orang, ketika ditanya hanya diam dan sebagian besar takut untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru bk. Fenomena yang di temukan oleh peneliti mengindikasikan bahwa siswa di kelas x mipa 4 memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Menurut Angelis  (2005 : 20), indikator dari kurang percaya diri meliputi: rendah diri, rasa malu, rasa takut melakukan sesuatu, frustrasi, perasaan cemas atau bahkan sikap agresif. Gejala tidak percaya diri ini umumnya dianggap sebagai gangguan ringan karena tidak menimbulkan masalah besar. Disadari atau tidak, sebagian besar orang ternyata mengalami gejala tidak percaya diri seperti ini. Salirawati (2012: 219) menambahkan bahwa ciri  lain yang biasanya dimiliki oleh orang yang percaya dirinya rendah adalah selalu dihantui dengan perasaan takut gagal, mudah putus asa, merasa diri tidak mampu dan selalu bimbang atau ragu-ragu dalam memutuskan persoalan.
Ketika seseorang memiliki percaya diri yang rendah akan mengalami keragu raguan dalam melakukan suatu hal dan tidak bisa mengambil keputusan karena takut apa yang dilakukan akan mengalami kegagalan (pesimis), ketika mengalami kegagalan tidak mau berusaha lagi, kurang menghargai diri sendiri, dan cenderung menarik diri dari pergaulan. Hal ini sudah tentu akan menjadi penghambat dalam berinteraksi maupun proses belajar siswa di sekolah.
Rendahnya kepercayaan diri siswa tidak sepenuhnya berasal dari diri siswa, tetapi di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya kemampuan guru dalam memberikan materi atau layanan. Observasi yang dilakukan peneliti dan wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa dalam memberikan layanan guru cenderung hanya ceramah, kurang bisa menguasai kelas, tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam layanan serta jarang sekali menggunakan media atau teknik tertentu, sehingga siswa merasa tidak diberikan kesempatan untuk bisa mengembangkan dirinya untuk lebih percaya diri.
Peneliti tertarik untuk membantu siswa meningkatkan kepercayaan dirinya sehingga proses belajar siswa menjadi efektif dan menyenangkan. Karena apabila situasi tersebut dibiarkan dan tidak segera ditangani di khawatirkan hal tersebut akan mengganggu siswa dalam belajarnya, menjalin komunikasi, kehidupan sosial, karir dan hal lainnya yang tentu saja sangat merugikan siswa itu sendiri. Peneliti juga berupaya meningkatkan kualitas kinerjanya dengan menggunakan layanan yang bisa mendorong peran siswa untuk terlibat dan aktif dalam setiap kegiatan, sehingga hal itu bisa menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa.
Untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas x mipa 4, dapat dilakukan melalui layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling yang bisa diberikan untuk siswa kelas x mipa 4 meliputi layanan informasi, orientasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten,bimbingan kelompok, konseling kelompok dan konseling individu.
Peneliti memilih layanan penguasaan konten karena didalam layanan penguasaan konten siswa diberikan atau diajarkan untuk menguasai suatu keterampilan tertentu yang berkaitan dengan indikator kepercayaan diri. Keterampilan-keterampilan itulah yang diharapkan mampu diterima dan dilaksanakan oleh siswa dari hasil proses pemberian layanan. Penyelenggara layanan (konselor) secara aktif menyajikan bahan, memberikan contoh, merangsang, mendorong, dan menggerakkan (para) peserta untuk berpartisipasi aktif mengikuti dan menjalani materi dan kegiatan layanan.  Dengan hal tersebut tentu siswa akan memiliki kepercayaan diri, karena merasa diperhatikan, diberi kesempatan dan mencoba konten yang di pelajari secara langsung.
Namun untuk mengembangkan atau meningkatkan kepercayaan diri siswa diperlukan lagi suatu teknik khusus yang tepat dan sesuai, peneliti menggunakan teknik simulation games sebagai sebuah teknik yang digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, melalui permainan simulasi tersebut siswa diarahkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan indikator dari percaya diri itu sendiri.
Simulation games digunakan sebagai sarana untuk memberikan suatu perintah yang sifatnya mengarahkan peserta didik untuk bisa atau mampu menguasai suatu keterampilan tertentu. Pelaksanaan simulation games bisa bersifat pribadi atau kelompok. Diharapkan melalui penggunaan teknik simulation games, peserta didik mampu meningkatkan kepercayaan diri yang ditandai dengan keaktifan bertanya, mandiri dalam belajar maupun mengerjakan tugas, mampu menyampaikan pendapat, bersedia menerima masukan atau kritik dari orang lain.
Menurut penelitian yang dilakukan Wirahanteng (2014) mengenai kepercayaan diri, diketahui bahwa 7,8% siswa mengalami peningkatan kepercayaan diri untuk berbicara di depan kelas setelah diberikan layanan penguasaan konten dengan metode simulasi. Oleh karena itu peneliti merasa teknik permainan simulasi dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Adams dalam Tatiek Romlah (2006: 118) menjelaskan bahwa permainan simulasi adalah permainan yang dimaksud untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya. Tetapi situasi itu hampir selalu dimodifikasi, apakah dibuat lebih sederhana, atau diambil sebagian, atau dikeluarkan dari konteksnya. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa situasi yang disimulasikan hendaknya tidak terlalu kompleks dan tidak terlalu sederhana. Menurut Mayke (dalam sudono, 1995), belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.
Simulation games memiliki banyak sekali macamnya, seperti permainan kartu tantangan, Kartu Peran, toples ajaib, monopoli dan lainnya. Salah satu jenis permainan yang digunakan dalam penelitian ini adalah permainan toples ajaib, Permainan toples ajaib merupakan permainan yang menekankan pada strategi dalam menyusun dan memasukkan benda seperti bola, batu, pasir dan air.
Permainan dalam penelitian ini digunakan untuk membantu meningkatkan ketertarikan dan partisipasi siswa dalam mengikuti layanan karena ketika siswa sudah tertarik dan mau berpartisipasi dalam layanan, maka siswa tersebut sudah menunjukkan hal positif terkait kepercayaan diri. Siswa dilibatkan dalam melakukan permainan, diskusi dan mengamati jalannya permainan sehingga tidak terkesan monoton dan di dominasi oleh guru bk. Peran aktif siswa untuk terlibat dalam kegiatan maka hal itu akan menjadi daya dorong yang positif untuk menumbuhkan kepercayaan diri
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk membantu siswa meningkatkan kepercayaan diri menggunakan layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik simulation games, maka peneliti mencoba untuk menyusun penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang dikemas melalui sebuah penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Simulation Games Pada Siswa X Mipa 4 SMA Negeri 1 Semarang”.

Senin, 12 Februari 2018

RPL KLASIKAL TEKNIK PSIKO-SOSIODRAMA



RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN KLASIKAL TEKNIK PSIKO-SOSIODRAMA
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018

A.     
Komponen Layanan
Layanan Dasar
B.      
Bidang Layanan
Bidang Pribadi-Sosial
C.      
Jenis Layanan
Informasi
D.     
Topik layanan
Kejujuran
E.      
Fungsi Layanan
Pemahaman dan pengembangan
F.       
Tujuan Umum
Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek etis
G.     
Tujuan Khusus
1.  Siswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud sikap jujur
2.  Siswa mampu mencontohkan sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari
3.  Siswa mampu mengembangkan perilaku jujur dalam setiap aktivitas sehari-hari.
H.     
Sasaran layanan
Kelas X MIPA 1
I.        
Materi layanan
1.  Pengertian Kejujuran
2.  Manfaat kejujuran
J.        
Waktu
2 x 45 menit
(Dibagi menjadi dua pertemuan)
K.     
Sumber
-
L.      
Metode/ Teknik
Psiko – Sosiodrama
M.    
Media/Alat
ATK dan Naskah
N.     
Pelaksanaan


Tahap Awal/Pendahuluan Pernyataan Tujuan
a.    Konselor menyapa peserta didik dengan kalimat yang membuat siswa bersemangat
b.    Konselor memimpin Do’a sebelum memulai kegiatan layanan
c.    Mengucapkan terimakasih kepada siswa atas kehadirannya
d.   Mengecek kehdiran siswa

Penjelasan tentang langkah – langkah kegiatan
a.     Menjelaskan langkah-langkah bahwa akan melakukan kegiatan Bimbingan klasikal dengan materi Kejujuran dan dilakukan dengan teknik Psiko - Sosiodrama. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah :
·         Memberikan Gambaran teknik psiko-sosiodrama yang akan dilakukan
·         Memberikan penjelasan tentang prosedur dan cara pelaksanaan teknik psiko-sosiodrama
·         Penetapan pemeran dan penjelasan tentang tugasnya dalam drama
·         Pembahasan materi dengan diskusi
·         Siswa diberikan penguatan agar dapat memiliki pemahaman terkait materi yang diberikan
b.     Menyampaikan tentang tujuan khusus yang akan dicapai

Mengarahkan kegiatan (Konsolidasi)
Menanyakan pemahaman awal dan kesiapan peserta didik untuk mengikuti kegiatan selanjutnya pada tahap inti

Tahap peralihan (transisi)
Mengarahkan peserta didik memasuki kgiatan pada tahap inti

Tahap Inti
Kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling atau konselor
Konselor memberikan materi yang telah disiapkan, diantaranya :
Pertemuan pertama :
a.      Menjelaskan secara singkat tentang psiko-sosiodrama.
b.      Menjelaskan terkait prosedur dan tata pelaksanaan psiko-sosiodrama
c.      Menetapkan siswa yang menjadi permeran Protagonis, pendukung dan observer (penonton)
d.     Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami jalan cerita dari naskah yang telah disusun
e.      Mengarahkan peserta didik untuk mempraktekkan dan mencoba untuk melakukan peran masing-masing
f.       Menjelaskan tugas dan fungsi observer dalam pelaksanaan psiko-sosiodrama
Pertemuan kedua :
a.       Memandu jalannya cerita psiko-sosiodrama
b.      Mendorong siswa untuk memperoleh atau memainkan peran secara spontan, berinteraksi dan komunikasi dalam cerita sesuai dengan jalannya cerita
c.      Menceritakan dan memandu proses psiko-sosiodrama adegan demi adegan
d.     Mengawasi dan memberikan arahan kepada siswa melakukan peran yang diperoleh sampai selesai
e.      Mengapresiasi penampilan dari pemeran di akhir penampilan dan melakukan diskusi
f.       Pembahasan melalui diskusi kelas mencakup;
·     Memimpin jalannya diskusi
·     Mendorong siswa yang berperan dan observer untuk memberikan umpan balik terkait pelaksanaan psiko- sosiodrama
·     Menetralisir umpan balik yang bersifat menyerang atau menjatuhkan salah satu peran yang ada
·     Mendorong siswa untuk aktif menanggapi jika kejadian dalam psiko- sosiodrama terjadi dan dialami oleh siswa secara nyata
·     Mendorong siswa untuk mengungkapkan apa isi dari adegan yang diperankan
·     Mendorong siswa untuk mengungkapkan manfaat apa saja dari sikap kejujuran
·     Mendorong siswa untuk memetik hikmah dari alur cerita psiko- sosiodrama
g.      Memberikan kesempatan untuk menyimpulkan pembahasan diskusi kelas
h.      Mengkonfirmasi kesimpulan-kesimpulan dari siswa
i.        Memfasilitasi siswa untuk menyampaikan perasaan dan rencana terkait dengan topik yang diperagakan dalam psiko-sosiodrama
j.        Melakukan permainan atau ice breaking bila diperlukan

Kegiatan peserta didik
Peserta didik melakukan berbagai kegiatan sesuai langkah-langkah dan tugas serta tangggung jawab yang telah dijelaskan

Tahap Penutup
a.   Konselor menyimpulkan tentang topik yang telah dibahas bersama peserta didik
b.  Memberikan penguatan  atau merencanakan tindak lanjut.
c.   Memberikan penilaian segera dengan format UCA secara lisan kepada beberapa peserta didik
d.  Mengakhiri kegiatan layanan dengan berdo’a dan bersalaman
O.     
Evaluasi


1.      Evaluasi proses
Melakukan evaluasi dengan memperhatikan:
1.      Refleksi terkait materi yang ditanyakan kepada siswa
2.      Sikap atau antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan
3.      Cara siswa melakukan kegiatan psiko-sosiodrama sesuai dengan peran yang didapat
4.      Cara siswa memberikan penjelasan dan keaktifan dalam mengikuti kegiatan diskusi

2.      Evaluasi hasil
Melakukan evaluasi menggunakan penilaian segera (laiseg) dengan memperhatikan pemahaman, perasaan, dan rencana tindak lanjut siswa terhadap materi yang dibahas
P.

Rencana tindak lanjut
Memberikan layanan lanjutan dengan bimbingan kelompok atau konseling individual


Semarang, 09 Mei 2017
Mengetahui,
Kepala Sekolah                                                                                               Guru BK











NASKAH PSIKO-SOSIODRAMA
PEMERAN
1.  Jono : keras kepala, tempramen
2.  Ijal   : penurut
3.  Ita: cerewet
4.  Mira: cengeng, baik
5.  Irman:pendiam, pemalu,penakut
6.  Astrid: pandai, suka menolong
7.  Melisa : jujur, pendiam
8.  Pak abdul : Sabar, Humoris
Prolog :
Disuatu sekolah ada sebuah kelas yang tergolong sangat kompak, hubungan antara teman satu dengan yang lain sangat erat, namun kebersamaan dan kekompakan mereka perlahan mulai memudar, kira-kira mengapa hal itu terjadi?
Mari kita saksikan .......
Adegan 1
Suasana kelas pagi itu begitu tenang, siswa-siswi terlihat sedang belajar dengan serius, tidak terkecuali melisa, ijal, iraman, astrid dan ita. Sementara mira sedang menulis sesuatu di kertas kecil. Tiba-tiba jono datang dengan nafas yang tersengal-sengal dan duduk disamping irman dan bercerita bahwa dia bangun kesiangan karna nonton bola.
Pak abdul datang di kelas, dan memberikan ulangan. Karna tidak belajar jono menyontek pada saat ulangan, begitu juga dengan mira. Pak abdul memergoki mira membuka contekan dan menyuruhnya untuk pindah tempat duduk dimeja guru, sementara karna mira tau jono juga mencontek, melaporkan hal itu ke pak abdul. Keduanya mengerjakan di meja guru.

Bel waktu ulangan pun selesai, anak-anak mengumpulkan hasil ulangannya dan pak abdul meninggalkan kelas. Karna jengkel jono memarahi mira dan perang mulut pun terjadi, irman melerai keduanya, dan sialnya malah menjadi sasaran pukul jono. Melihat hal tersebut, Astri sebagai ketua kelas langsung bertindak dan melerai ketiganya. Dengan perasaan jengkel jono meninggalkan kelas. Astrid mendekati mira dan menanyakan alasan mencontek.
Adegan 2
Karna pikiran jengkel jono berniat untuk merusak motor mira dengan cara mengembosi bannya. Jono pun mengajak ijal untuk melancarkan aksinya.
Adegan 3
Pada saat pulang sekolah mira kaget melihat ban motornya sudah kempes, melihat hal tersebut melisa dan ita segera mendekati dan bertanya. Akhirnya mira ditemani 2 temannya membawa motornya ke bengel.
Adegan 4
Keesokan harinya mira seperti biasa datang awal ke sekolah, kebetulan di kelas sudah ada jono, mira pun menyapa jono dengan sapaan akrab. Jono berfikir kenapa anak ini, padahal kemarin abis aku kerjain pikir jono dalam hati.
Tak lama kemudian mira menghampiri jono dan meminta maaf atas kejadian kemarin, melihat hal tersebut jono kaget dan tertunduk. Jonopun meminta maaf karena hal kemarin dan perbuatannya mengembosi ban motornya .Mendengar hal tersebut mira kaget, namun tetap tenang, dan menganggap hal tersebut sudah berlalu.


PENILAIAN PROSES


Hari/tanggal                :..........................................................
Kelas                           :..........................................................
Materi layanan            :.........................................................

Petunjuk:
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai aspek afektif dan psikomotor siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut :
5  = Baik sekali, apabila Selalu melakukan sesuai pernyataan.
4  = Baik, apabila sering melakuakan ssesuai pernyataan
3  = cukup, apabila kadang-kadang melakukan sesuai pernyataan
2  = kurang, apabila sesekali melakukan dan sering tidak melakukan sesua pernyataan.
1 = sangat kurang, apabila tidak pernah melakukan sesuai pernyataan

No
Aspek Pengamatan
Skor
Skor
1
2
3
4
5
1
Siswa terlihat bersemangat dalam mengikuti setiap tahap selama bimbingan klasikal berlangsung.






2
Siswa berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya.






3
Siswa mampu terlibat aktif dan menjalankan peran sesuai dengan penetapan selama  layanan bimbingan klasikal.






4
Siswa bekerja sama dengan siswa yang lain dalam pelaksanaan psiko-sosiodrama sesuai dengan instruksi guru BK






5.
Siswa mampu menyelesaikan setiap penugasan yang diberikan.






6.
Metode dan  media yang digunakan menarik bagi siswa.






Jumlah Skor






Kategori:  ditambahkan materi dan kroscek dari RPL
NILAI
KATEGORI
KLASIFIKASI SKOR
5
Sangat baik
26-30
4
Baik
21-25
3
Cukup
16-20
2
Kurang
11-15
1
Sangat kurang
6-10
PENILAIAN HASIL
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Hari, Tanggal Layanan            :  ........................................................
                        Jenis Layanan                          :  ........................................................
                        Pemberi Layanan                    :  ........................................................
                          
Isilah titik-titik di bawah ini dengan singkat.
No
Aspek
1
2
3
4
1
Saya mendapatkan pemahaman baru mengenai kegiatan psiko-sosiodrama yang diperankan didalam kelas




2
Setelah mengikuti layanan ini saya memahami pentingnya memiliki sikap jujur




3
Pelaksanaan psiko-sosiodrama menyenangkan karena dapat terlibat dan berperan aktif secara langsung




4
Saya merasa memiliki peran dan dapat dihargai dalam pelaksanaan layanan ini




5
Saya senang mengikuti layanan ini karena prosesnya menyenangkan




6
Setelah mengikuti layanan, saya berusaha untuk bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari.




7
Setelah mengikuti layanan saya berusaha untuk memperbaiki sikap dan kebiasaan saya dikelas




8.        Dari skala 1 sampai 10 pada posisi berapakah pemahamanmu tentang materi yang telah dibahas dalam kegiatan layanan ini?, pilihlah angkanya.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tidak
paham








Sangat
paham
Alasan:...................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
9.        Tanggapan, saran, pesan atau harapan apa yang ingin Anda sampaikan kepada pemberi layanan? ..............................................................................................................................................................................................................................................................................................
                                                                                                Semarang, 09 Mei 2017
                                                                                                            Peserta


                                                                                           ....................................



RESUME KEGIATAN
BIMBINGAN KLASIKAL (PENGAJARAN BIMBINGAN)

Jenis Layanan                          :
Pelaksana                                :
Pihak Terkait                           :
Tempat, Waktu                       :
Sasaran Layanan                     :
Lingkup Pembicaraan            
1.    Topik yang Dibahas           :
2.    Pembahasan                        :
Kejadian yang muncul            :
      


Semarang, 09 Mei 2017
Mengetahui,
Kepala Sekolah                                                                                               Guru BK