Pengertian Emosi
Emosi adalah
pengalaman afektif yang di sertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak, antara
lain berupa perubahan-perubahan pada fisik :
a. Reaksi
elektris pada kulit : meningkat
bila terpesona
b. Peredaran
darah : bertambah
cepat bila marah
c. Denyut
jantung : bertambah cepat bila terkejut
d. Pernafasan : bernafas
panjang bila kecewa
e. Pupil
mata :
membesar bila marah
f. Liur :
mengering atau takut bila tegang
g. Bulu
roma :
berdiri kalau takut
h. Pencernaan : mencret-mencret
bila tegang
i.
Otot :
ketegangan dan ketakutan mnyebabkan otot menegang atau bergetar
j.
Komposisi darah : komposisi darah akan ikutberubah karena
emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan emosi.
Reaksi emosional
yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada,reaksi tersebut
mungkin akan muncul dikemudian hari,dengan berfungsinya sistem
endokrin.Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi
perkembangan emosi.
Metode belajar yang menunjang
perkembangan emosi,antara lain adalah :
1. Belajar
dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk
mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar
kepadanya,dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama
sekali tidak memberikan kepuasan .Cara belajar ini lebih umum digunakan pada
masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya,tetapi sepanjang
perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
2. Belajar
dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan
emosi orang lain,anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama
dengan orang-orang yang diamati.Contoh,anak yang peribut mungkin menjadi marah
terhadap teguran guru.Jika ia seorang anak yang populer dikalangan teman
sebayanya,mereka juga akan ikut marah kepada Guru tersebut.
3. Belajar
dengan cara mempersamakan diri ( learning by identification ).
Anak menirukan emosional orang lain yang tergugah
oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi
orang yang telah ditiru.Disini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai
ikatan emosional yang kuat dengannya.
4. Pengkodisian
Dengan metode ini obyek situasi yang pada mulanya
gagal memancing reaksi emosioanal,kemudian dapat berhasil dengan cara
asosiasi.Pengkodisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan
karena anak kecil kurang mampu
menalar,kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan
kurang mengenal betapa tidak rsionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa
kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangn
rasa suk dan tidak suka.
5. Pelatihan
atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi.
Kepada anak di ajarkan cara bereaksi yang dapat di
terima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang
untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang
menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap
rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Jadi
emosi yang ditunjukan mungkin merupakan selubung atau tutup bagi yang
disembunyikan seperti contoh seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukan
kemarahan, dan seorang yang hatinya terluka tetapi ia malah tertawa, sepertinya
ia merasa senang.
Dengan
bertambahnya usia, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. bertambahnya
pengetahuan dan pemanfaatan media masa atau keseluruhan latar belakang
pengalaman, berpengaruh pada perubahan-perubahan emosional ini.
·
Hubungan antara emosi dan tingkah laku
serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku
Keadaan emosi yang menyenangkan dan
santai berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencera, sedangkan perasaan tidak
enak atau tertekan menghambat atau mengganggu pencernaan ketakutan yang kronis,
kegembiraan yang berlebihan, kecemasan, dan kekhuatiran menyebabkan menurunnya
kegiatan sistem pencernaan dan kadang menyebabkan sembelit. Gangguan emosi juga
dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Jadi penderitaan emosional dan
frustasi mempengaruhi efektifitas belajar. Faktor-faktor afektif dalam pengalaman
individu mempengaruhi jumlah dan luasnya apa yang di pelajari.Seorang anak di
sekolah akan belajar lebih efektif bila ia termotivasi,karena ia merasa perlu
belajar.
Dengan
demikian,rangsangan-rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak
menyenangkan,akan sangat mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula
rangsangan yang menhasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa
dalam belajar.
Perkembangan Nilai, Moral, dan
Sikap
1.
Pengertian
Nilai adalah Norma-noram yang berlaku dalam
masyarakat, adat kebiasaan dan sopan santun yang terkandung dalam pancasila
adalah nilai-nilai hiddup yang menjadi pegangan seseorang dalam kedudukanya
sebagai warga negara indonesia dalam hubunga hidupnya dengan negara serta
dengna sesama warga negara. Nilai-nliai yang terkandung didalam pancasila :
1. Mengakui
persamaaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara manusia.
2. Mengembangkan
sikap dan tenggang rasa.
3. Tidak
semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan.
Moral adalah
ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, ahalak, dan kewajiban. Moral
berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar, dan
yang salah.
Jadi, moral merupakan kendali dalam
bertingkah laku. Dalam kaitannya dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka
moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai hidup yang dimaksud. Misalnya dalam pengamalan nilai hidup :
tenggang rasa, dalam prilakunya
seseorang akan selalu memperhatikan perasaan orang lain. Dia dapat membedakan
mana yang benar, dan yang salah. Dalam aliran psikoanalisis tidak
membeda-bedakan antara moral, norma, dan nilai.
Dengan demikian,
keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku akan tampak dalam
pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu dikenal terlebih
dahulu kemudian dihayati dan di dorong oleh moral. Baru akan terbentuk sikap
tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud tingkah laku
sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.
2.
karakteristik
nilai, moral, dan sikap remaja.
Salah
satu tugas perkembangan remaja yang harus dikuasai adalah mempelajari apa yang
diharapkan oleh kelompok daripadanya, dan kemudian bersedia membentuk prilkunya
agar sesuai dengan harapan masyarakat tanpa harus di bimbing, diawasi, di
dorong, dan diancam hukuman, seperti yang di alami waktu anak-anak. Remaja
diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya
kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi prilakunya.
Perubahan dasar dalam moral yang harus di lakukan oleh remaja. Menurut hurlock
1980, sebagi berikut :
1. Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih
abstrak.
2. Keyakinan
moral lebih terpusat pada apa yang benar, dan kurang pada apa yang salah.
Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
3. Penilaian
moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani mengambil
keputusan terhadap berbagai masalah yng di hadapinya.
4. Penilaian
moral menjadi kurang egosentris.
5. Penilaian
moral secara sikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral
merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi.
3.
faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap.
Menurut psikoanalisis moral dan
nilai menyatu dalam konsep super ego.
Super ego di bentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau
perintah-perintah yang datang dari luar (khususnya dari orangtua) sehingga
akhirnya terpancar dari dalam diri sendiri. Karena itu, orang-orang yang tak
mempunyai hubungan yang harmonis dengan orang tuanya dimasa kecil, kemungkinan
besar tidak mampu mengembangkan super ego yang cukup kuat, sehingga mereka bisa
menjadi orang yang sering melanggar norma masyarakat. Tingkah laku yang terkendali
disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai
sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggarnya.
Teori
perkembangan moral yang dikemukakan kohlbeerg menujnjukan bahwa sikap moral
bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahapan-tahapan
perkembangan moral terjadi dari aktifitas sepontan pada anak-anak. Moral yang
sifatnya penalaran perkembangannya di pengaruhi oleh perkembangan nalar. Makin
tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap tahap perkembangan, makin
tinggi pula tingkat moral seseorang.
4.
Upaya
Mengembangkan Nilai Moral Dan Sikap.
Remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Upaya-upaya yang dapat dialakukan dalam mengembangkan nilai moral
dan sikap remaja dalah :
a. Menciptakan
komunikasi
Dalam
komunikasi di dahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral.
Nilai-nilai hidup yang dipelajari memerlukan satu kesempatan untuk di terima
dan di rasakan sebelim menjadi bagian integral dari tingkah laku seseorang.
Nilai-nilai hidup yang di pelajari brulah betul-betul berkembang apabila telah
di kaitkan dalam konteks kehidupan bersama.
b. Menciptakan
iklim lingkungan yang serasi
Seseorang
yang mempelajari nilai hidup dan moral, kemudian berhasil memiliki sikap dan
tingkah laku sebagai pencerminan nilai hidup itu, pada umumnya dalah seseorang
yang hidup dalam lingkungan yang secara positif, jujur, dan konsekuen,
senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan nilai hidup
terebut. Lingkungan merupakan faktor yang luas dan sangat berfasriasi, maka
yang perlu diperhatikan adalah lingkungan sosial terdekat, yang terutama
terdiri dari mereka yang berfungsi sebagi pendidik, pembina orangtua dan guru.
Untuk
remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh karena mereka sedang
dalam keadaan membutuhkan pedoman ata petunjuk dalam rangka mencari jalannya
sendiri. Pedoman ini untuk menumbuhkan identitas dirinya, menuju kepribadian
yang matang dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang selalu
terjadi dalam masa transisi ini. Lingkungan yang lebih banyak bersifat
mengajak, mengundang, atau memberikan kesempatan, akan lebih efektif daripada
lingkungan yang di tandai dengan larangan-larangan, dan peraturan-peraturan
yang serba mambatasi.
Kesimpulan
Emosi adalah warna afektif yang kuat
dan di tandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pola emosi remaja sama dengan
pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi secara normal di alami antara lain cinta,
gembira, marah, takut, cemas, dan sedih. Berbedanya terletak pada rangsangan
yang membangkitkan emosi dan derajatnya, serta pengendalian remaja terhadap
ungkapan emosi mereka. Perbedaan individual dalam perkembangan emosi yang
sebagian disebabkan oleh keadaan fisik, taraf kemampuan intelektual, dan
kondisi lingkungan. Dalam kaitannya kaitannya dengan penyelenggaraan
pendidikan, guru dapat melakukan upaya dalam pengembangan, emosi remaja,
misalnya : konsisten dalam pengelolaan kelas, mendorong anak untuk bersaing
denngan diri sendiri, pengelolaan diskusi di kelas dengan baik, mencoba
memahami remaja, dan membantu siswa untuk berprestasi.
Nilai-nilai kehidupan adalah
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat atau prinsip-prinsip hidup yang
menjadi pegangan seseorang dalam hidupnya, baik sebagai pribadi, maupun sebagai
warga negara. Sedangkan moral adalah ajaran baik atau buruk perbuatan,
kelakuan, dan ahlak sikap adalah kesediaan berinteraksi individu terhadap suatu
hal yang berkaitan antara lain : nilai dan sikap tampak dalam pengamalan
nilai-nilai, pengenalan dan penghayatan terhadap nilai-nilai berdasarkan moral, sikap yang dimiliki akan
terbentuk sikap dan di wujudkannya tingkah laku yang mencerminkan nilai-nilai
yang di anut.
Upaya-upaya
yang dapat di lakukan dalam rangka pengembangan nilai, moral, dan sikap remaja
adalah menciptakan komunikasi di samping memberikan informasi dan remaja di
beri kesempatan untuk berpartisipasi untuk aspek moral, serta menciptakan
sistem lingkunagan yang serasi atau kondusif.
0 komentar:
Posting Komentar