Tampilkan postingan dengan label bimbingan dan konseling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bimbingan dan konseling. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 November 2014

INTERAKSI SOSIAL DAN PENGARUH TERHADAP PENYESUAIAN DIRI



MAKALAH
INTERAKSI SOSIAL DAN PENGARUH TERHADAP PENYESUAIAN DIRI
Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum
Dosen Pembimbing : Dra.Farida Salim Sungkar









Disusun Oleh :
Nama   : Supri Widyanto
NIM    : 10144200270
Kelas   : A1
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2013

PERKEMBANGAN ASPEK KOGNITIF PADA BAYI USIA 0-2 TAHUN



MAKALAH
PERKEMBANGAN ASPEK KOGNITIF PADA BAYI USIA 0-2 TAHUN
Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan I
Dosen Pembimbing : Dra.Farida Salim Sungkar








Disusun Oleh :
Nama   : Supri Widyanto
NIM    : 10144200270
Kelas   : A1

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2013

BAB I



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia IV salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang dijabarkan dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 131 ayat 1, tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, ayat 2 pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang serta dijabarkan di dalam ketetapan MPR RI No. II/MPR/1993 tentang garis-garis besar hukum negara yang menjelaskan tujuan pendidikan nasional, yang pelaksanaannya diatur dengan undang-undang no. 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, peran sekolah sangat penting. Sekolah bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar mampu menyesuaikan diri dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi penuh tekanan. Sesuai dengan pengertiannya, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat individu hidup.
Pemahaman yang kurang mengenai layanan bimbingan sosial menyebabkan individu tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik. (Hibana S Rahman, 2003 : 41). Bimbingan sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan siswa dalam menangani masalah-masalah yang ada pada dirinya dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pertahanan diri dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan sosial yang tepat. Bimbingan sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan siswa dalam menangani masalah-masalah yang ada pada dirinya dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pertahanan diri dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan sosial yang tepat.
Semua makhluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, agar dapat bertahan hidup. Namun pada kenyataannya, banyak individu yang gagal dalam penyesuaian diri karena individu belum tentu tahu apa yang dinamakan dengan proses penyesuaian diri, selain itu individu tidak memiliki konsep penyesuaian diri dan tidak melakukan penyesuaian diri dengan baik. Wakitri, dkk (2012:44), menjelaskan bahwa dalam proses penyesuaian diri terjadi suatu interaksi antara dorongan dalam diri individu dengan tuntutan lingkungan sosial yang dapat berkecenderungan positif maupun negatif. Kecenderungan dikatakan positif yaitu ketika individu mampu menyesuaikan diri dengan baik, sedangkan yang dimaksud dengan kecenderungan negatif yaitu ketidak mampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut, bahwa yang dimaksud dengan kecenderungan positif yaitu adanya kecocokan antara dorongan pemenuhan kebutuhan individu dengan tuntutan lingkungan yang berupa aturan, adat atau norma dalam masyarakat, sehingga individu dapat meyesuaikan diri dengan baik (well-adjusted). Sedangkan kecenderungan negatif berarti tidak adanya kecocokan antara pemenuhan kebutuhan individu dengan tuntutan lingkungan yang mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah, sehingga terjadi perilaku yang salah suai  (mal-adjusted).
 Melalui komunikasi maka akan terjadi pertukaran informasi yang akan memudahkan individu dalam menyesuaikan diri atau menyelaraskan dalam lingkungan. Menurut Everett M. Rogers ( Suranto Aw, 2010:3)   Kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan individu dalam menyampaikan suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah perilakunya. Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi akan sangat membantu dalam melakukan interaksi ataupun hubungan sosial dengan orang lain. Kemampuan individu dalam berkomunikasi diengaruhi oleh keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama terbentuknya komunikasi pada anak. Karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama untuk anak dapat berinteraksi.
Berdasarkan uraian di atas menarik keinginan peneliti untuk mengadakan penelitian tentang “ Korelasi antara layanan bimbingan sosial dan kemampuan berkomunikasi dengan penyesuaian diri pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 ”.

B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka akan dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.    Peran sekolah dalam mensukseskan pelaksanaan pendidikan nasional
2.    Kurangnya pemahaman mengenai layanan bimbingan sosial menyebabkan individu tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik
3.    Ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri dapat berakibat fatal
4.    Komunikasi merupakan aspek penting dalam hubungan sosial.

C.      Pembataan Masalah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari kesalahpahaman penafsiran yang menyimpang tentang masalah dalam penelitian ini maka diadakan pembatasan masalah.
Bedasarkan atas berbagai pertimbangan dari peneliti yang berupa keterbatasan kemampuan baik materi maupun pengetahuan yang dimiliki, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada “ Korelasi antara layanan bimbingan sosial dan kemampuan berkomunikasi dengan penyesuaian diri pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sentolo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014”.

D.      Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
1.    Apakah ada korelasi layanan bimbingan sosial dengan kemampuan berkomunikasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 ?
2.    Apakah ada korelasi kemampuan berkomunikasi  dengan penyesuaian diri pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 ?
3.    Apakah ada korelasi layanan bimbingan sosial dan kemampuan berkomunikasi dengan penyesuaian diri pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 ?




E.       Tujuan Penelitian
Penulis melakukan penelitian dengan tujuan yaitu :
1.         Untuk mengetahui korelasi layanan bimbingan sosial dengan penyesuaian diri pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 ?
2.         Untuk mengetahui korelasi kemampuan berkomunikasi dengan penyesuaian diri pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 ?
3.         Untuk mengetahui korelasi layanan bimbingan sosial dan kemampuan berkomunikasi dengan penyesuaian diri pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 ?

F.       Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitian terhadap layanan bimbingan sosial dan kemampuan berkomunikasi dengan penyesuaian diri pada siswa, manfaat yang diharapkan peneliti adalah :
1.    Manfaat Teoritis
           Penelitian ini diharapkan akan menambah khasanah keilmuwan khususnya pada bidang bimbingan dan konseling mengenai korelasi antara layanan bimbingan sosial dan kemampuan berkomunikasi dengan penyesuaian diri siswa.


2.  Manfaat Praktis
a.       Bagi peneliti
Menambah pengalaman peneliti dalam meneliti tentang korelasi antara layanan bimbingan sosial dan kemampuan berkomunikasi dengan penyesuaian diri pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sentolo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
b.      Bagi Sekolah
Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan pemberian tentang layanan bimbingan sosial dan kemampuan berkomunikasi dengan penyesuaian diri pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sentolo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.


Senin, 01 April 2013

Rabu, 27 Maret 2013

Senin, 25 Maret 2013

latar belakang diperlukannya layanan konseling TRAUMATIK



A. Pendahulian
      krisis ekonomi yang dialami oleh bangsa indonesia telah menimbulkan krisis diberbagai aspek, seperti timbulnya konflik, kerusuhan, dan tindakan kekerasan.
      kondisi seperti ini menurut durkhiem disebut sebagai keadaan anomi yang ditandai oleh tidak adanya tatanan nilai aturan - aturan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
pengalaman - pengalaman pahit dimasa lalu akan menjadi sebab trauma psikologis yang mendalam dan berkepanjangan bagi korban. dilihat dari perspektif pendidikan dan perkembangan manusia,  konflik dan kerusuhan yang terjadi di indonesia merupakan peristiwa kehidupan yang berpengaruh terhadap perkembangan mental dan psikososial bagi individu yang mengalaminya.
pengalaman traumatik berdampak luas, bukan hanya pada aspek fisik, tetapi juga pada aspek perilaku, emosional, dan psikososial.
masalah sosial itu sendiri merupakan sesuatu ketidak sesuaian antara unsur budaya dan masyarakat, yang membayangkan kehidupan kelompok sosial.
Dalam jangka panjang, masalah trauma dengan masa lalu yang dihadapi dalam kehidupan korban akan mempersulit penyesuaian dan menggangu perkembangan sosialnya.
        masalah sosial disebabkan oleh 4 faktor, yaitu :
        1. faktor ekonomi : kemiskinan, pengangguran
        2. faktor budaya : kenakalan remaja, budaya
        3. faktor biologis : penyakit menular, keracunan makanan
        4. faktor psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat
menurut Green ( dalam rusmana 2008 ), kegagalan coping dan adaptasi terhadap pengalaman traumatik akan  menimbulkan efek bola salju yang luas dan mendalam, berjangka panjang, dan mungkin tidak dapat di ubah. bahakan pada bentuk yang paling ekstrem akan mengakibatkan deprivasi sosial.

dalam melakukan konseling traumatik peran seorang konselor sangatlah mendominasi,baik itervensi maupun hal lain.
fairbank mengusulkan model intervensi melalui 4 tahap, yaitu :
1. tahap societal
    mencakup : kebijakan umum dan keamanan umum.
2. tahap community
    mencakup : pendidikan untuk masyarakat dan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga.
3. tahap Famili
    mencakup : jejaring keluarga kelompok penolong diri sendiri dan kesehatan mental
4. tahap individul
    mencakup : pengobatan tradisional dan perawatan kesehatan mental

B. Perlunya layanan konseling traumatik
    kegagalan coping dan adaptasi akan menimbulkan dampak yang fatal,maka diperlukan pihak lain yang sebagai penyalur komunikasi diantara para korban. pihak tersebut diharapkan dapat membangun komunikasi dan mengurangi beban mental trauma yang dialami.
ada 2 kemungkinan layanan konseling traumatik bantuan yang dapat diterapkan untuk mengatasi pasca trauma, yaitu :
    1. rekonstruksi psikologis melalui bantuan yang mengatasi masa lalu
    2. rekonstruksi sosial melalui pemulihan hubungan

C. Layanan Konseling Sebagai Upaya Dalam Menangani Korban Trauma
     salah satu strategi penanganan terhadap korban yang mengalami trauma adalah menggunakan pendekatan konseling dalam bentuk Individual Readjustment Counseling yang bertujuan untuk membantu korban mengenali sindrom pasca trauma dan memberikan keterampilan pemecahan masalah ( New Coping Skills )serta Structured Group Counseling yang bertujuan untuk membekali seseorang dengan keterampilan hidup ( life Skills )melalui dukungan dari sebaya.
     Alasan konseling ditempatkan sebagai bagianstrategi penanganan korban trauma, yaitu :
     1. keberadaan layanan konseling merupakan konsekuensi logis dari esensi pendidikan itu sendiri.
     2. Realitas baru menunjukkan bahwa profesi konseling makin terbuka, independent, dan interconnected.


Secara Garis Besar
Latar belakang diperlukannya konseling traumatik adalah karena adanya gangguan peristiwa trauma terhadap segala permasalahan yang dialami oleh seseorang individu, baik yang berasal dari faktor ekonomi, budaya, biologis, dan psikologis. oleh sebab itu kesulitan dan penderitaan ysng dialami membutuhkan penanganan langsung untuk pemulihan kearah kehidupan yang normal, serta perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan untuk terjadinya hambatan-hambatan psikologis dan psikososialnya.

Minggu, 24 Maret 2013

tugas perkembangan anak SD dan TK


Tugas perkembangan anak SD
Menurut kajian Psikologi tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi :
A. Perkembangan kognitif.
1.      Pengurutan,mampu untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
2.       Klasifikasi,mampu untuk memberi nama dan mengidentifikasi benda
3.       Decentering,mempertimbangkan beberapa aspek untuk memecahkan masalah.
4.       Reversibility, memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
5.       Konservasi,memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
6.       Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
B. Perkembangan Moral
1.        ( usia 6 sampai9 tahun) menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri.  semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja.
2.        ( Usia 9 – 12 tahun)seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden run.
C.  Perkembangan mental emosional dan social anak usia sekolah dasar tugas perkembangannya yaitu :
1.   Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga dalam prestasi dan bangga pada kemampuan mereka.
2.   Anak-anak yang didorong dan dipuji oleh orang tua dan guru mengembangkan perasaan kompetensi dan kepercayaan keterampilan mereka. Mereka yang menerima sedikit atau tidak ada dorongan dari orangtua, guru, akan meragukan kemampuan mereka untuk menjadi sukses.                                           
3.   Mereka yang layak menerima dorongan dan penguatan melalui eksplorasi pribadi akan muncul dari tahap ini dengan perasaan yang kuat tentang diri dan rasa kemerdekaan dan kontrol. Mereka yang tetap yakin dengan keyakinan dan keinginan mereka akan tidak aman dan bingung tentang diri mereka sendiri dan masa depan.
D. Perkembangan Psikomotor anak usia sekolah dasar pada perkembangannya mencakup Mampu melompat dan menari
-        Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
-        Dapat menghitung jari – jarinya
-        Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
-        Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
-        Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
-        Mampu membedakan besar dan kecil
-        Ketangkasan meningkat
-        Melompat tali
-        Bermain sepeda
-        Mengetahui kanan dan kiri
-        Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
-        Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
Kegagalan mencapai tugas-tugas perkembangan ini akan melahirkan perilaku yang menyimpang (delinquency). Penyimpangan yang terjadi pada anak yang berusia sekolah dasar antara lain;
1.      Suka membolos dari sekolah
2.      Malas belajar
3.      Keras kepala


Tugas pekembangan anak TK
Menurut Carolyn Triyon Dan JW Lilienthal (Hildebrand, 1986: 45) adalah sebagai berikut:
a)  Berkembang menjadi pribadi yang mandiri. Anak belajar untuk berkembang menjadi pribadi yang bertanggung Jawab Dan dapat memenuhi kebutuhannya segala sendiri sesuai artikel baru tingkat perkembangannya di usia Taman Kanak-Kanak .
b) Belajar memberi, berbagi dan memperoleh kasih sayang. pada masa kanak-kanak taman inisial anak belajar untuk dapat hidup dalam, Pelanggan Customers yang lebih Luas yang tidak hanya terbatas pada pelanggan Customers keluarga saja, dalam, masa inisial anak belajar untuk dapat saling memberi dan berbagi dan belajar memperoleh Kasih sayang bahasa dari sesama illustrasi lingkungannya.
c)  Belajar bergaul artikel baru anak berbaring. anak belajar mengembangkan kemampuannya untuk dapat bergaul dan berinteraksi artikel baru anak dalam, pelanggan customers lain di luar pelanggan customers keluarga.
d) Mengembangkan diri pengendalian. pada masa inisial anak belajar untuk bertingkah laku Sesuai artikel baru tuntutan lingkungannya. Anak belajar untuk Mampu mengendalikan dirinya illustrasi berhubungan artikel baru orangutan berbaring. pada masa inisial anak juga Perlu menyadari bahwa Apa Yang Akan dilakukannya menimbulkan konsekuensi Yang harus dihadapinya.
e) Belajar bermacam-macam Peran Masyarakat Dalam, orangutan.
anak belajar bahwa kehidupan bermasyarakat Illustrasi ADA berbagai hormone hormon pekerjaan Yang dapat dilakukan Yang dapat menghasilkan sesuatu Yang dapat memenuhi kebutuhannya Dan dapat menghasilkan Jasa Lain BAGI orangutan.Contoh, seorang Place & Mengobati Sakit orangutan, guru Mengajar Anak-anak di kelas, pak Polisi mengatur Lalu Lintas, Dan Lain sebagainya.
f) Belajar untuk Mengenal tubuh masing-masing. PADA Masa inisial Anak Perlu mengetahui berbagai anggota tubuhnya, APA fungsinya Dan bagaimana penggunaannya. Contoh, mulut untuk berbicara Makan Dan, telinga untuk mendengar, mata untuk melihat Dan sebagainya.
g)  Belajar menguasai ketrampilan motorik Halus Dan Kasar. Anak Belajar mengkoordinasikan otot-otot Yang ADA PADA tubuhnya, BAIK otot Kasar maupun otot Halus. Lingkungan kegiatan Yang memerlukan koordinasi otot Kasar diantaranya berlari, melompat, menendang, menangkap bola Dan sebagainya.Sedangkan lingkungan kegiatan Yang memerlukan koordinasi otot Halus adalah pekerjaan melipat, menggambar, meronce Dan sebagainya.
h) Belajar Mengenal Pelanggan Customers fisik Dan mengendalikan. PADA Masa inisial diharapkan Anak Mampu Mengenal Benda-Benda Yang ADA di Customers, Dan dapat menggunakannya secara tepat. Contoh, Anak Belajar Mengenal ciri-ciri Benda berdasarkan ukuran, bentuk, Dan warnanya. Selain Bahasa Dari ITU, Anak dapat membandingkan Satu Benda Artikel Baru Benda Lain berdasarkan ciri-ciri Yang dimiliki Benda nihil.
i)   Belajar menguasai kata-kata Baru untuk memahami Anak / orang Lain. Anak Belajar menguasai berbagai kata-kata Baru BAIK Yang berkaitan Artikel Baru Benda-Benda Yang ADA di Sekitarnya, maupun berinteraksi Artikel Baru lingkungannya.
Contoh, Anak dapat menyebutkan NAMA suatu Benda, atau mengajak Anak Lain untuk bermain, Dan sebagainya.
j) Mengembangkan perasaan positif Illustrasi berhubungan Artikel Baru Pelanggan Customers. PADA Masa inisial Anak Belajar mengembangkan perasaan Kasih sayang terhadap apa-APA ADA Yang Illustrasi Pelanggan Customers, seperti PADA Teman Sebaya, saudara, Binatang kesayangan atau PADA Benda-Benda Yang dimilikinya.

kekerasan terhadap anak



A.      Latar belakang masalah
       Sebagaimana yang telah di ketahui bahwa tindakan kekerasan terhadap anak pada saat ini sangat meluas, baik itu kekerasan dalam keluarga maupun pendidikan.biasanya pelaku kekerasan dalam keluarga adalah orang tua,sedangkan dalam pendidikan biasanya di lakukan oleh oknum guru kepada muridnya.Dengan berbagai alasan mereka melakukan tindakan kekerasan yang secara di sadari atau tidak di sadari dapat menimbulkan dampak yang sangat besar pada kondisi kejiwaan anak.tindakan kekerasan yang terjadi biasannya tindak kekerasan yang nampak dan tidak nampak, dalam arti kekerasan yang nampak adalah kekerasan terhadap fisik anak dan kekerasan tidak nampak adalah kekerasan yang terjadi pada psikis anak.
         Budaya kekerasan (violence) yang berkembang dalam masyarakat juga berpengaruh besar. Praktik, teladan, atau perilaku kekerasan yang di pertontonkan oleh aparat ( misalnya : oknum polisi yang menyiksa dalam proses penyidikan ),media cetak atau elektronik (berita-berita kriminak, cerita atau film yang menonjolkan kekerasan) jelass ikut berkontribusi dalam “mengarahkan” tindakan para orang tua untuk melakukan hal yang sama (kekerasan).karena kekerasan menjadi sesuatu yang terus “mengejala”, maka walhasil menjadi semacam culture, sehingga secara awah sadar sedikit demi sedikit, lama kelamaan, masyarakat menganggapnya sebagai kelumrahan atau kewajaran yang tak perlu di permasalahkan.Apa lagi jika kemudian praktik kekerasan terhadap anak berlindung di balik jubah “dalam rangka pendidikan”, ”dalam rangka pendisiplinan”, dan sejenisnya. Padahal, atas nama apapun dan demi apapun, kekerasan terhadap anak tidak seyogianya terjadi, dan atas nama hukum pelakunya haris di beri sanksi sesuai aturan atau hukum yang berlaku.

Jumat, 22 Maret 2013

interview



MAKALAH
INTERVIEW
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Pemahaman Individu Teknis Non Tes
Dosen Pengampu  : Dra. Suharni M.Pd







FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2011