Senin, 19 Mei 2014

BUSINESS PLAN



BUSINESS PLAN
PETERNAKAN AYAM KAMPUNG “CINDE LARAS”
PRODUKSI


10 Desember 2013
Oleh
Supri Widyanto
Pituruh, Purworejo, Jawa Tengah
No Telf. 0857 2929 9148


DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................       i
DAFTAR ISI......................................................................................................      ii
RANGKUMAN EKSEKUTIF..........................................................................     iii
A.      PENJELASAN TENTANG PERUSAHAAN...........................................      1
1.         Latar Belakang .....................................................................................      1
2.         Struktur Organisasi...............................................................................      3
3.         Strategi Usaha.......................................................................................      4
B.       PEMASARAN............................................................................................      5
1.         Pasar Yang Dituju.................................................................................      5
2.         Potensi Pasar.........................................................................................      5
3.         Ramalan Yang Akan Datang................................................................      6           
C.       BARANG DAN JASA YANG DIHASILKAN.......................................      7
D.      USAHA MENINGKATKAN PENJUALAN............................................    10
E.       PERMODALAN.........................................................................................    11










RANGKUMAN EKSEKUTIF

Dewasa ini kebutuhan akan Daging ayam Kampung semakin meningkat, namun hal tersbut tidak di imbangi dengan ketersediaan ayam di pasaran. Karena hat  itu kami yakin prospek peternakan ayam kampung “ cinde laras “ mempunyai prospek yang menjanjikan. Berikut ini akan kami jelaskan tentang jenis usaha, ,rincian modal usaha serta pengembangan usaha yang mungkin dilakukan.
Usaha ini adalah usaha peternakan ayam kampung yang terletak di daerak Pituruh, Purworejo, Jawa Tengah. Lahan yang dipakai adalah lahan sendiri seluas 200 meter. Tetapi yang digunakan untuk usaha peternakan hanya sekitar 25 meter. Usaha ini adalah usaha peternakan ayam Kampung . Dalam usaha ini ayam yang dibeli adalah yang sudah berumur 2-3 minggu ,yaitu ayam yang masih kecil. Ayam yang dipelihara ada 1000 ekor.  Setelah Usia ayam 55-60 hari, sudah mulai bisa di panen. Tetapi untuk melakuka regenerasi tidak semua ayam dipasarkan, indukan dan pejantan yang super di ambil untuk kemudian di letakkan di kandang tersendiri, tentu sebagai bahan regenerasi.
Hasil Panen kemudian di pasarkan ke pasar , warung makan, maupun calon pembei yang datang langsung. Pemeliharaan Ayam  ini tergolong mudah, jadi kami tidak membutuhkan banyak pegawai. Dalam pemeliharaan ayam,  kami mempekerjakan satu orang pegawai untuk memberi makan bebek – bebek setiap harinya, memberi vaksinasi dan vitamin serta membersihkan kandang. Setelah Ayam di pasarkan kemudian membeli bibit ayam lagi untuk dipelihara, ataupun menggunakan hasil dari ternak ayam yang sudah dewasa.
Dalam perencanaan usaha ini, modal yang digunakan adalah modal sendiri yang jumlahnya Rp  36.369.000.00,  Kemudian keuntungan yang diperoleh disimpan dan digunakan untuk pengembangan usaha. Untuk kedepannya berencana untuk membuat kolam lele di bawah kandang agar lebih efektif dan efisien.


D.    PENJELASAN TENTANG PERUSAHAAN

1.        Later Belakang
Pembangunan sub-sektor peternakan mengemban suatu fungsi yang sangat penting dalam pembangunan nasional, yaitu fungsi untuk penyediaan bahan pangan hewani yang berkualitas, berupa daging, telur dan susu. Upaya-upaya untuk meningkatkan produksi peternakan merupakan pekerjaan rumah yang sangat besar bagi bangsa ini, karena saat ini tingkat pencapaian konsumsi masyarakat Indonesia terhadap protein hewani asal ternak masih rendah, yaitu sekitar 5,03 gram/kapita/hari (tahun 2005). Tingkat pencapaian ini masih sangat dibawah standar yang dikemukakan Widyakarta Nasional Pangan dan Gizi VI (1998) yang menyarankan rakyat Indonesia mengkonsumsi protein hewani asal ternak 6 gram/kapita/hari atau setara dengan daging 10,3 kg, telur 6,5 kg, dan susu 7,2 kg/kapita/tahun.bahkan pencapaian ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pencapaian beberapa Negara di kawasan Asia Tenggara dan Negara maju lainnya di dunia. Sebagai contoh tingkat pencapaian konsumsi di Malaysia 28,4 g/kapita/hari dan Amerika Serikat (AS) telah mencapai 73,5 g/kapita/hari. Sementara WHO menyarankan 26 g/kapita/hari.
Di samping konsumsi protein hewani yang masih rendah, sampai saat ini Indonesia belum mampu mandiri memenuhi bahan pangan protein hewani asal ternak. Walaupun produksi ternak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tetapi peningkatannya masih rendah dibandingkan dengan peningkatan permintaan, meskipun Indonesia sudah mampu memenuhi bahan pangan bersumber ternak unggas ( daging ayam dan telur ). Bahkan menurut laporan FAO tahun 2005, Indonesia telah mampu menempati 10 besar Negara produsen daging dan telur unggas dunia, tetapi bukan merupakan Negara pengekspor karena habis untuk di konsumsi dalam negri (Windhorst, 2006 ).
Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras) sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan banyak dibudidayakan di pedesaan. Karena perawatannya tergolong mudah, daya tahan hidupnya cukup tinggi, adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah serta banyak digemari masyarakat karena baik daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih disukai dibandingkan ayam ras (Krista dan Bagus, 2010).
Secara umum, ayam kampung masih banyak dipelihara secara ekstensif-tradisional atau umbaran walaupun sudah ada beberapa peternak yang membudidayakannya secara intensif, namun jumlahnya masih sedikit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi ayam kampung yang jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan ayam ras baik secara nasional maupun yang ada di daerah Kabupaten Bogor. Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 populasi ayam kampung atau ayam buras nasional baru mencapai 268.957.000 ekor, sementara populasi ayam ras sudah mencapai 1.249.952.000 ekor . Untuk di kabupaten Bogor, dinas peternakan provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 mencatat populasi ayam kampung baru mencapai 1.318.299 ekor , sementara ayam ras sudah mencapai 15.771.780 ekor.
Rendahnya tingkat produksi ayam kampung disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat pertumbuhannya yang relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan ayam ras, terbatasnya manajemen pemeliharaan dan tingginya variasi genetik pada ayam kampung itu sendiri sehingga masih banyak peternak yang kurang membudidayakannya terutama untuk penghasil daging dan telur. Padahal, bila ayam kampung ini dibudidayakan secara intensif dengan pemberian pakan yang baik dan teratur, pertumbuhan ayam jauh lebih cepat dibandingkan dengan pola pemeliharaan ala kadarnya atau umbaran ( Krista dan Bagus, 2010).
Oleh karena itu, dengan pemeliharaan yang intensif, pemberian pakan dan vaksin secara teratur serta menjaga kebersihan kandang maupun lingkungan sekitarnya, pertumbuhan ayam kampung pedaging akan lebih cepat. Atas dasar itu, beternak ayam kampung pedaging merupakan suatu peluang usaha yang cukup menjanjikan. Kami ingin mengembangkan ternak ayam kampung pedaging sebagai usaha yang produktif.



2.        Struktur Organisasi
KETUA
SUPRI WIDYANTO
BAGIAN KEUANGAN
DWI ERNA
BAGIAN PRODUKSI
HERU
PENANGGUNG JAWAB
SYAMSURI
 


















Pembagian Tugas dan Fungsi :
1.      Ketua : memegang peranan penting dalam mengambil kebijakan pengelolahan peternakan, selain itu ketua juga menentukan strategi usaha. Selain itu ketua juga memegang kendali pemasaran produk.
2.      Bagian Produksi : bertanggung jawab terhadap proses produksi, pemeliharaan kandang, pemeliharaan ternak, dan kegiatan produsi di lapangan lainnya.
3.      Bagian keuangan : bertugas untuk mengatur keluar masuk uang hasil produksi maupun pengeluaran untuk kegiatan produksi dan pemasukan hasil penjualan.
4.      Penanggung jawab : bertugas untuk mengawasi kegiatan peternakan yang berlangsung.

3.        Strategi Usaha
Untuk dapat mempermudah akses pembeli dalam membangun tempat usaha saya memilih lokasi di daerah yang tidak jauh dari pasar kurang lebih 1 km, sehingga untuk memasarkan hasil tidak begitu sulit. Untuk mengawali usaha, dan berusaha memperkenalkan prodak ayam kampung
Saya menjual ayam di bawah hara pasar, namun secara perlahan setelah mendapat konsumen tetap akan dinaikkan minimal sesuai harga pasar pada umumnya. Untuk mendukung orasional saya dibantu oleh seorang yang mempunyai keterampilan dalam hal peternakan ayam kampung.























E.     PEMASARAN

1.        Pasar yang dituju
Untuk pemasarannya, pada tahap awal hasil ternak akan dipasarkan langsung ke pasar-pasar tradisional baik yang ada di sekitar peternakan maupun pasar lain yang ada di Purworejo dengan terlebih dahulu melakukan survei pasar untuk mengetahui berapa kebutuhan ayam kampung pedaging ini dipasaran. Selain itu, hasil ternak juga dapat dipasarkan langsung kepada konsumen seperti masyarakat sekitar dan warung-warung yang menyediakan menu ayam kampung. Untuk tahap-tahap selanjutnya akan lebih mudah karena diharapkan usaha peternakan ini sudah mempunyai pelanggan tetap atau pengepul yang menampung hasil ternak.
2.        Potensi
Peternakan Ayam kampung di Purworejo khususny masih sedikit, sehingga hal itu akan saya manfaatkan sebagai upaya untuk memenuhi kebututuhan pasar. Selain itu berdasarkan survei yang saya lakukan banyak warung makan yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan ayam kampung, dari situ saya yakin bahwa peternakan ayam kampung memiliki prospek yang menjanjikan.


3.        RAMALAN DI MASA YANG AKAN DATANG
Seiring bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang kebutuhan gizi, permintaan akan ayam kampung pasti akan meningkat. Untuk itu Strategi yang kami gunakan untuk pengembangan usaha kami di masa mendatang yaitu dengan menambah modal untuk terus memperbaiki proses produksi dan pendistribusian produk kami. Memperbaiki atau meningkatkan kualitas kandang, menambah bibit – bibit yang akan dipelihara dan membeli bibit – bibit unggul agar output yang dihasilkan juga berkualitas unggul. Selain itu kami juga akan memperbaiki kondisi manajemen dan menambah jumlah pegawai agar dapat bekerja lebih efektif lagi sesuai dengan bagiannya masing – masing.dengan strategi yang demikian, diharapkan usaha kami akan tetap tumbuh dan berkembang baik.



















F.      BARANG DAN JASA YANG DIHASILKAN
Untuk mendapatkan atau menghasilkan ayam yang super maka kebersihan kandang dan kesehatan lingkungan kami utamakan, pemberian vaksin kepada ayam juga kami lakukan dengan tujuan agar ayam terbebas dari penyakit, sehingga kualitas dari Ayam yang dihasilkan bagus.
Keistimewaan dari peternakan cinde laras yaitu menghasilkan prodak ayam yang gemuk dan tentu saja bebas dari penyakit. Barang yang dihasilkan yaitu ayam kampung dengan kualitas super, adapun proses untuk dapat menghasilkan produk adalah sebagai berikut :
1.        Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi tahap persiapan kandang dan tahap persiapan pemesanan bibit ayam kampung/DOC (day old chick)
a.         Persiapan kandang
1)        Pembuatan kandang  untuk bibit DOC
2)        Perbaikan kandang untuk  ayam yang  sudah dewasa
b.         Pemesanan bibit DOC
1)        Memesan bibit ayam kampung
2)        Kesepakatan harga
3)        Bibit diantar
Pada tahap ini juga kami akan melakukan kerjasama dengan bapak Priatnomo sebagai supplier bibit ayam dan sekaligus sebagai pengepul ayam yang  sudah siap panen, disamping itu kita  juga bermitra dengan masyarakat sekitar peternakan untuk pemeliharaan ayam tersebut.
2.        Tahap pemeliharaan
a.         Pemeliharaan bibit ayam
Cara pemeliharaan bibit ayam adalah sebagai berikut:
Induk buatan atau yang biasa kita sebut dengan box doc merupakan suatu teknik pemeliharaan awal doc ayam kampung yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya berbagai masalah di fase awal ini. Box dirancang khusus bertujuan untuk membuat ruang disekitarnya hangat,kering dan cukup sirkulasi layaknya induk ayam kampung yang sebenarnya, sehingga diharapkan doc ayam kampung tidak terpapar suhu dingin dan kelembapan yang berlebihan akibat lingkungan sekitar. Suhu awal yang diperlukan berkisar antara 35-38 derajat celcius tergantung lingkungan masing-masing,serta yang paling penting untuk diperhatikan adalah respon doc ayam kampung setelah masuk dalam box tersebut. Jika suhu di dalam masih terlalu dingin maka doc akan mengumpul di dekat sumber penghangat dan biasanya terjadi aksi penumpukan doc ayam kampung yang biasanya mengakibatkan kematian yang cukup tinggi. Sirkulasi udara juga mutlak dibutuhkan, seperti pada box diatas bisa dilihat adanya sirkulasi yang cukup untuk memastikan metabolisme berjalan secara normal.
Spesifikasi teknis box penghangat doc ayam kampung ini bisa bervariasi menurut kebutuhan masing-masing peternak, idealnya mempunyai dimensi panjang 1m dengan lebar 1m serta tinggi 50 cm. Box bisa dibuat bertingkat dengan pintu berada didepan atau diatas, bahan disarankan menggunakan triplek dengan ketebalan min 3mm beralaskan anyaman triplek/bambu/kawat strimin yang kemudian dialasi dengan koran dan ditambahkan sekam padi. Semua aturan ini tidak mengikat dan semuanya disesuaikan dengan kondisi masing-masing lingkungan,prinsipnya yaitu mendapatkan suhu yang ideal,sirkulasi cukup dan mendapat penanganan intensif sehingga tercapai keberhasilan dalam melewati fase kritis ini. Setelah fase kritis ini terlewati angka keberhasilan ternak ayam kampung mencapai lebih dari 80 persen.
Berdasarkan pengalaman peternakan ayam di Jogja Farm Group, frekuensi pengecekan box doc secara berkala mempunyai arti penting dalam keberhasilan melewati fase-fase kritis tersebut. Secara berkala keadaan box doc tiap 3 jam sekali dilakukan pengecekan, meliputi keadaan doc ayam kampungnya, pakan, tempat minum, kelembabapan dan adanya perubahan tingkah laku doc ayam kampung.
b.         Pemeliharaan ayam
Kenyataannya budidaya ternak ayam kampung menemui kendala utama yaitu pertumbuhan yang cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan ayam ras pedaging yang mampu panen dalam waktu 40 hari. Dengan adanya teknologi baru, kini hadir ayam kampung super atau ayam jawa super, ternak ayam kampung super secara nyata lebih menjanjikan karena dalam masa pemeliharaan panen membutuhkan waktu 55-60 hari saja.
Masa panen yang cepat pada ayam kampung super memberikan keuntungan yang cukup menggiurkan diantaranya tingkat kematian yang realatif rendah, penghematan biaya pemeliharaan dan pakan. Ayam kampung super merupakan hasil persilangan terbaru yang melibatkan teknologi pemuliabiakan ternak sehingga didapatkan pertumbuhan yang cepat dan memiliki karakteristik daging dan bentuk ayam kampung.
Nilai harga jual ayam kampung lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, harga berkisar antara 19rb-25rb menurut riset pasar selama tahun 2010-2011. Penentu harga ayam kampung tetap mengikuti kaidah hukum ekonomi yaitu keadaan pasar, penawaran dan permintaan.
Cara pemeliharaan ayam kampung relatif mudah dan simpel, kandang yang dibutuhkan tidaklah harus dibuat dengan biaya tinggi. Prinsipnya yaitu kandang kering, alas tidak basah dan lembab,sirkulasi cukup dan usahakan kandang dengan tipe postal/lantai semen. Cocok untuk usaha sampingan yang memiliki pekerjaan utama yang lain, pemberian pakan pagi dan sore disesuaikan sesuai kebutuhan. Vitamin, obat-obatan, dan vaksinasi juga perlu untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan mencegah penyakit.



G.    USAHA MENINGKATKAN PENJUALAN

1.        Sebagai usaha untuk meningkatkan penjualan ayam kami memperkenalkan prodak ke pedagang daging di pasar, dengan menawarkan ke warung makan yang menggunakan menu ayam kampung. selain itu dengan membuat selebaran.
2.        Karena sifat usahanya yang belum begitu besar maka kami tidak membuka perwakilan, namun apabila ada yang mau pesan bisa menghubungi saya sendiri atau dengan datang langsung ke tempat peternakan.
3.        Dengan media online/ iklan di internet, facebokk, dll






















H.    PERMODALAN

1.        RANCANGAN BIAYA
PENGELUARAN
a.         Biaya Tetap
1.        Wadah pakan 22 unit @ Rp 21.000                              Rp      462.000
2.        Tempat minum 22 unit @ Rp 18.000                            Rp      396.000
3.        Box DOC 5 unit @ Rp 500.000                                                Rp   2.500.000
4.        Biaya reparasi kandang lama                                         Rp   7.500.000
5.        Biaya perlengkapan dan peralatan
a.         Kabel 200m @ Rp 5.000                                        Rp   1.000.000
b.        Boklam 100 watt 12 unit @ Rp 5.500                   Rp        66.000
c.         Triplek 6 lembar @ Rp 38.000                               Rp      228.000
d.        Paku 3 kg @ Rp 13.000                                         Rp        39.000
e.         Kayu usuk 8 biji @ Rp 24.000                               Rp      192.000
f.         Jarring 240m @ Rp 6.000/m                                   Rp   1.440.000
g.        Bamboo 13 batang @ Rp 12.000                           Rp      156.000
h.        Kawat 2 kg @ Rp 27.000/kg                                  Rp        54.000
i.          Alat semprot hama                                                  Rp      450.000
j.          Ember 6 buah @ Rp 12.000                                   Rp        72.000
k.        Piting lampu 12 buah @ Rp 7.200                         Rp        86.400
l.          Tali tambang 112m @ Rp 4.000/m             Rp      448.000
m.      Sapu lidi 2 buah @ Rp 7.000                                 Rp        14.000
n.        Cikrak 2 buah @ Rp 8.500                                     Rp        17.000
o.        Senter 2 buah @ Rp 40.000                                   Rp        80.000
p.        Masker 2 pack @ Rp 24.300/pack                          Rp        48.600
q.        Timbangan gantung                                                Rp      115.000
            Total biaya perlengkapan dan peralatan                                  Rp   4.506.000
6.        Biaya 3 tukang @ Rp 65.000/hari, untuk 7 hari            Rp   1.365.000
Total biaya tetap                                                                   Rp 16.729.000
b.        Biaya variabel
1.      Bibit ayam (DOC) 1000 ekor @ Rp 4.800/ekor              Rp   4.800.000
2.      Pakan ayam 42 sak @ Rp 270.000/sak                            Rp 11.340.000
3.      Biaya vaksin dan vitamin                                                 Rp      200.000
4.      Biaya gaji pegawai (untuk 2 bulan)                                 Rp   1.000.000
5.      Biaya listrik dan air                                                          Rp      400.000
Total biaya variabel                                                        Rp 17.740.000

c.         Biaya lain-lain
1.      Biaya angkut 2 kali @ Rp 250.000/kali                           Rp     500.000
2.      Lain-lain                                                                           Rp     400.000
Total biaya lain lain                                                        Rp     900.000

Akumulasi Biaya-biaya
No
Biaya
Jumlah
1
Biaya tetap
Rp  16.729.000
2
Biaya variable
Rp  18.740.000
3
Biaya lain-lain
Rp       900.000
Total akumulasi biaya
Rp  36.369.000







2.        ANALISIS KELAYAKAN USAHA
a.         Laba rugi
Proyeksi laba rugi “CINDY LARAS”

Unit
Satuan
Harga/unit
Per panen
Per tahun               (11 x panen)
Penjualan
480
Ekor
Rp 24.000
Rp 11.520.000
Rp 126.720.000
Produksi DOC
500
Ekor
Rp   4.800
Rp   2.400.000
Rp   26.400.000
Laba  kotor



Rp 13.920.000
Rp   100.320.000
Biaya operasional






Biaya pakan
21
Sak
Rp 270.000
Rp  5.670.000
Rp   62.370.000
Biaya vaksin



Rp     200.000
Rp     2.200.000
Biaya gaji



Rp  1.000.000
Rp   11.000.000
Biaya listrik & air



Rp     200.000
Rp     2.200.000
Total biaya



Rp  7.070.000
Rp   77.770.000
Laba bersih



Rp  5.678.000
Rp   22.550.000









b.        Aliran kas
Proyeksi aliran kas tiga panen pertama “CINDY LARAS”
Penjualan
Panen 1
480 ekor
Panen 2
580 ekor
Panen 3
680 ekor
Penjualan tunai @ Rp 24.000
Rp 11.520.000
Rp 13.920.000
Rp 16.320.000
Biaya produksi



Harga  DOC @ Rp 4.800 x 500 ekor
Rp   2.400.000
Rp   2.880.000
Rp 3.360.000
Biaya gaji
Rp   1.000.000
Rp   1.000.000
Rp   1.000.000




Biaya pakan
Rp   5.670.000
Rp   5.670.000
Rp   5.670.000
Biaya vaksin dan vitamin
Rp      200.000
Rp      200.000
Rp      200.000
Biaya listrik dan air
Rp      200.000
Rp      200.000
Rp      200.000
Total biaya
Rp   9.510.000
Rp 9.500.000
Rp 10.430.000
Kas awal
Rp   1.650.000
Rp   1.650.000
Rp   5.220.000
Kas akhir
Rp   1.650.000
Rp   5.220.000
Rp 10.710.000






0 komentar:

Posting Komentar