Senin, 19 Mei 2014

INDAH !!!!!

DISINI !!!!
 
didalam keheningan suasana malam
aku berjalan melangkah perlahan
sembari menikmati gelap gulita duniaku,
terfikir olehku dimana kelak kutemukan nurani jiwa yang terbenam ??

indah berbeda saat ku genggap segenap harap impian dan citaku akan indah dunia,
disanan sejenak dapat kurasakan karunia sang tuhan yang begitu nyata dihadapanku dan menerangi segenap gelap langkahku !
tetapi ketika perih terbuka kembali saat itu juga aku merasakan begitu sakitnya raga ini menahan suatu gejolak nyata yang aku alami, Dulu !!

perlahan aku melangkah menuju satu titik kecil dalam hatiku yakin jika itu adalah jalan keluar, perlahan aku dekati cahaya itu, semekin aku berjalan aku erasa kakiku begitu berat syarat yang aku bawa, tapi ini adalah jalan yang telah aku pilih dan keyakinan dalam segenap kepasrahan mendorongku untuk perlahan melangkah.

semakin besar cahaya yang dulunya kecil, semakin yakin pula dalam hatiku untuk dapat segera beranjk meninggalkan semua gelap ini;
disini aku menemukan senyuman arti indah dan sebuahh keyakinan hidup yang sesungguhnya, aku bernjak pergi dari gelapnya pandang akan suatu keyakinan !!!

terfikir olehku, hanya memandang aku dapat menemukan indah suatu harapan pasti yang tertanam kuat didalam hatiku; apalagi tuhan memilihkan dia untuk ada didalam sanubariku dan menjalani indah dunia bersama !!!!
hanya waktu dan ku serahkan semua itu kepad tuhanku, yang selalu melindungiku dan selalu menuntunku !!!!

SEMUA HANYA DISINI AKU DAPATKAN !!!!!
WITH YOU !!!!!



Jumat, 22 November 2013

TUGAS RESEARCH II

                                                                                                            ANI ISMAWATI
                                                                                                            (102120109 / 7C)



Ethnography research according to Cresswell
Creswell (1998)described that an ethnography is a description and interpretation of a cultural or social group of system. The objects of observations or under examinations include observable and learned patterns of behavior, customs, and ways of life. As a process, ethnography involves extend observations of the group, most often through participant obsevation, in which the researcher is immersed in the day-to-day lives of thepeople and observes and interviews the group participants. Ethnographers study the meaning ofthe behaviour, the language, and the interaction among members of the culture-sharing group,
Cresweel (1998)explained that the ethnography study looks at people in interaction in ordinary settings and attempts to discern pervasive patterns such as life cycle, events, and cultural themes. The ethnographer gathers artifacts and physical trace evidence, find stories, rituals, and myths, and or uncover cultural themes. To identify the cultural patterns , the ethnographer enganges in extensive work in the field, gathering information through pbservations, interviews, artifacts and materials, the researcher needs to be sensitive to the issues, such as :
  1. Gatekeepers : the access to the group.
  2. Key informants : the individuals who provide useful insights into the group.
  3. Reciprocity between the investigator and the subjects being studied.
  4. Reactivity : the impact of the reseacher on the site and the people being studied.

The ethnogrphy is challenging to use for the following reasons :
  1. The researcher needs to have grounding in cultural anthropology and the meaning of a social-cultural system as well as the concepts tipically explored by ethnographers.
  2. The time to collect data is extensive, involving prolonged time in the field.
  3. In the many ethnographies, th narratives are written in a literary, almost storytelling approach, an approach that may limit the audience for the work and may be challenging for authors accustomed to traditional approaches to writing social and human science research.
  4. There is a possibility that the researcher will “go native” and be unable to complete the study or be compromised in the study. This is but one issue in the complex array of fieldwork issues facing ethnographers who venture into an unfamiliar cultural group or system.

Creswell (1998) also described the general structure of ethnography as follows :
  1.    Introduction : problem and questions.
  2.    Research procedures : ethnography, data collection, aanalysis, outcomes.
  3.    Description of culture.
  4.   Analysis of cultural themes.
  5.  Interpretation, lessons learned, questions raised.  




Rabu, 15 Mei 2013

sejarah desa kaligintung



ASAL USUL DESA KALIGINTUNG 
Desa Kaligintung dahulunya adalah hutan rimba, di dalamnya banyak roh halus dan binatang buas. Suatu hari datang Eyang gintung dan Nyai Sari, beliau bermaksud untuk melakukan semedi di Gunung Kembang, namun dia memutuskan untuk singgah sebentar, di tepi sungai. Dia melihat di sekelilingnya, ternyata daerah itu tanahnya subur, pikirannya berubah dan memutuskan untuk bertapa di situ. Dalam tapanya, dia mendapat petunjuk untuk membuka hutan tersebut, menjadi daerah yang dapat ditinggali. Dia mulai menebang pohon yang besar dan membakarnya. Sebagian digunakan untuk membuat gubug. Setelah hutan tersebut dibuka banyak orang yang datang dan ikut membantu mereka. 
Orang tersebut diantaranya
 1. Eyang Kemis, beliau berasal dari kerajaan Majapahit, dan mendapat suami Eyang Masukrani, yang katanya adalah petinggi di kerajaan Majapahit. 
2. Eyang Sumantri, dari Solo 
3. Eyang Turut, yang asalnya dari kerajaan Solo, beliau adalah Putra Eyang Sumantri. 
4. Eyang Glendhek, Eyang Semanjaya, Eyang Wahyu, Raden Basah, Jaya Sembrega, Eyang Drujug, Eyang Dekung, Eyang Rantamsari, dan Eyang Kunangsari Atas musyawarah orang tersebut, diputuskan memberi nama daerah itu Kaligintung. 
Dari Kata Kali (tempat semedi Eyang Gintung) dan Gintung, nama Eyang Gintung. Dalam membuka hutan, orang tersebut dibantu roh halus yang banyak jenisnya. Setelah selesai membuka hutan, banyak orang yang datang ke daerah itu, dan orang yang datang berlomba untuk membabat hutan dijadikan ladang. Jaman itu disebut jaman Pleak, atau babat untuk sendiri. Setelah banyak orang yang tinggal, muncul istilah Demang, yang pertama adalah Kertayasa. Setelah masa Demang usai sekitar satu periode diganti Lurah. Dan Lurah yang pertama adalah Naladikrama, beliau selalu menjalankan apa yang digariskan oleh leluhurnya, diantaranya kebiasaan untuk menyetor pajak selalu langsung ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, perjalanannya dengan menggunakan kuda milik Nyai Kemis, kuda tersebut tidak setiap hari terlihat oleh orang. 
Beliau juga dibekali pusaka yaitu :
1. Topi yang namanya Topi Basunanda 
2. Keris yang namanya keris Nagasosro 
3. Payung yang namanya Payung Tunggulnaga
 4. Cemethi yang namanya Gading Ganaspati Dalam memerintah Eyang Naladikrama sangat jujur, arif, bijaksana, dan sangat disegani warganya. 
Dalam tidurnya dia mendapat wangsit untuk bertapa di pertapan Suralaya, dengan syarat :
 1. Ada sesaji berupa kembang 7 rupa 
2. Selama bersemedi harus tahan terhadap godaan-godaan ghaib 
3. Jika sudah bersemedi, langsung pulang dan sorenya kesana untuk mengambil barang tersebut berupa :
1. Gong yang terbuat dari emas murni, alat karawitan komplit 
2. Perabotan rumah tangga Biasanya peralatan-peralatan tersebut dipinjamkan untuk acara-acara besar desa atau hajatan. Karena pada saat dipinjam gongnya tidak dikembalikan maka sampai sekarang warga desa tidak boleh meminjamkan. 
Semua leluhur Desa Kaligintung memiliki pakuon atau tempat semedi yang berneda-beda, misalnya :
 1. Pakuon Eyang Gintungsari adalah pakuon Pinggirkali Dongklak 
2. Pakuon Eyang Kemis, dinamakan batu jajar Sipondok, Gunung Majapahit, Pakuon Majapahit 
3. Pakuon Eyang Glendheg, adalah pertapan Suralaya 
4. Eyang Randu Gumbala, yaitu gunung jamur Dipa, randu Gumbala 
5. Gunung Kalipuru, yang dipercaya sebagai kekuatan Desa kaligintung 
6. Eyang Rantamsari dan Kunangsari adalah Curug Putri atau Curug Putren Desa Kaligintung mempunyai peninggalan yang bersejarah, yaitu Duyung Kaligintung yang sekarang di simpan di Kraton Jogja, bersama dengan Gong Sohadat Kalimotangem. Duyung kaligintung akan kembali ke kaligintung apabila ada masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh warga. Jadi nama Kaligintung merupakan nama asli leluhur dan nama pusaka. Sampai sekarang nama itu tetap digunakan.
 Berikut periode-periode lurah di kaligintung dari yang pertama sampai sekarang:
 1. Naladikrama, 1 periode 
2. Dapakrama Diwangsa dikenal sebagai orang yang wataknya keras, dia dibunuh oleh Cabawa dan Camili, orang dari Nambangan, karena tindakannya menyimpang aturan pemerintah, serta ada lima hal yang disebut MALIMA, yaitu Main, Maling, Madat, Madon, dan Mabuk
 3. Bongsosamad, 1 periode 
4. Ketawirana, 1 periode 
5. Krama durya, 1 periode 
6. Sanpura, dia juga dibunuh orang karena melakukan tindakan seperti Dapakrama Diwangsa 
7. Katawijawa, 2 periode 
8. Padiman, atau Sastro Pawiro, beliau dikenal sebagai Lurah yang jabatannya paling lama yaitu 32 tahun.
 9. Rubino, atau putra dari Sastro Pawiro, 8 tahun 
10. Suharto, beliau wafat karena dibunuh warga, karena tindakannya juga sama dengan para pendahulu, yaitu Dapa Kramadiwangsa dan Sanpura
 11. Progo Suharno, Sampai sekarang para sesepuh dan masyarakat dipercaya dilindungi oleh para leluhur, dan warga desa Kaligintung tidak suka adanya MALIMA, apabila bisa diingatkan akan selamat, dan bila tidak akan celaka.
 12.Arido,lurah sekarang.