Jumat, 01 Maret 2013

PERKEMBANGGAN AFEKTIF


PERKEMBANGAN  AFEKTIF

Pengertian Emosi
Emosi adalah pengalaman afektif yang di sertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak, antara lain berupa perubahan-perubahan pada fisik :
a.       Reaksi elektris pada kulit        : meningkat bila terpesona
b.      Peredaran darah                      : bertambah cepat bila marah
c.       Denyut jantung                       :  bertambah cepat bila terkejut
d.      Pernafasan                               : bernafas panjang bila kecewa
e.       Pupil mata                               : membesar bila marah
f.       Liur                                         : mengering atau takut bila tegang
g.      Bulu roma                               : berdiri kalau takut
h.      Pencernaan                              : mencret-mencret bila tegang
i.        Otot                                         : ketegangan dan ketakutan mnyebabkan otot menegang atau bergetar
j.        Komposisi darah                     : komposisi darah akan ikutberubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi.

Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada,reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari,dengan berfungsinya sistem endokrin.Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi,antara lain adalah :
1.      Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya,dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan .Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya,tetapi sepanjang perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
2.      Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain,anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.Contoh,anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap teguran guru.Jika ia seorang anak yang populer dikalangan teman sebayanya,mereka juga akan ikut marah kepada Guru tersebut.
3.      Belajar dengan cara mempersamakan diri ( learning by identification ).
Anak menirukan emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang telah ditiru.Disini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
4.      Pengkodisian
Dengan metode ini obyek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosioanal,kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi.Pengkodisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu  menalar,kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rsionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangn rasa suk dan tidak suka.
5.      Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi.
Kepada anak di ajarkan cara bereaksi yang dapat di terima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Jadi emosi yang ditunjukan mungkin merupakan selubung atau tutup bagi yang disembunyikan seperti contoh seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukan kemarahan, dan seorang yang hatinya terluka tetapi ia malah tertawa, sepertinya ia merasa senang.
Dengan bertambahnya usia, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media masa atau keseluruhan latar belakang pengalaman, berpengaruh pada perubahan-perubahan emosional ini.
·         Hubungan antara emosi dan tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku
            Keadaan emosi yang menyenangkan dan santai berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencera, sedangkan perasaan tidak enak atau tertekan menghambat atau mengganggu pencernaan ketakutan yang kronis, kegembiraan yang berlebihan, kecemasan, dan kekhuatiran menyebabkan menurunnya kegiatan sistem pencernaan dan kadang menyebabkan sembelit. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Jadi penderitaan emosional dan frustasi mempengaruhi efektifitas belajar. Faktor-faktor afektif dalam pengalaman individu mempengaruhi jumlah dan luasnya apa yang di pelajari.Seorang anak di sekolah akan belajar lebih efektif bila ia termotivasi,karena ia merasa perlu belajar.
Dengan demikian,rangsangan-rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan,akan sangat mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menhasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa dalam belajar.
Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
1.      Pengertian
 Nilai adalah Norma-noram yang berlaku dalam masyarakat, adat kebiasaan dan sopan santun yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai hiddup yang menjadi pegangan seseorang dalam kedudukanya sebagai warga negara indonesia dalam hubunga hidupnya dengan negara serta dengna sesama warga negara. Nilai-nliai yang terkandung didalam pancasila :
1.      Mengakui persamaaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara manusia.
2.      Mengembangkan sikap dan tenggang rasa.
3.      Tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan.

Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, ahalak, dan kewajiban. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar, dan yang salah.
Jadi, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Dalam kaitannya dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Misalnya dalam pengamalan nilai hidup : tenggang rasa,  dalam prilakunya seseorang akan selalu memperhatikan perasaan orang lain. Dia dapat membedakan mana yang benar, dan yang salah. Dalam aliran psikoanalisis tidak membeda-bedakan antara moral, norma, dan nilai.
Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu kemudian dihayati dan di dorong oleh moral. Baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.

2.      karakteristik nilai, moral, dan sikap remaja.

            Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dikuasai adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya, dan kemudian bersedia membentuk prilkunya agar sesuai dengan harapan masyarakat tanpa harus di bimbing, diawasi, di dorong, dan diancam hukuman, seperti yang di alami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi prilakunya. Perubahan dasar dalam moral yang harus di lakukan oleh remaja. Menurut hurlock 1980, sebagi  berikut :
1.      Pandangan  moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrak.
2.      Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar, dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
3.      Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah yng di hadapinya.
4.      Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5.      Penilaian moral secara sikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi.

3.      faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap.
            Menurut psikoanalisis moral dan nilai menyatu dalam konsep super ego.  Super ego di bentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar (khususnya dari orangtua) sehingga akhirnya terpancar dari dalam diri sendiri. Karena itu, orang-orang yang tak mempunyai hubungan yang harmonis dengan orang tuanya dimasa kecil, kemungkinan besar tidak mampu mengembangkan super ego yang cukup kuat, sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melanggar norma masyarakat. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggarnya.
Teori perkembangan moral yang dikemukakan kohlbeerg menujnjukan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahapan-tahapan perkembangan moral terjadi dari aktifitas sepontan pada anak-anak. Moral yang sifatnya penalaran perkembangannya di pengaruhi oleh perkembangan nalar. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap tahap perkembangan, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
4.      Upaya Mengembangkan Nilai Moral Dan Sikap.

Remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya-upaya yang dapat dialakukan dalam mengembangkan nilai moral dan sikap remaja dalah :
a.       Menciptakan komunikasi
Dalam komunikasi di dahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Nilai-nilai hidup yang dipelajari memerlukan satu kesempatan untuk di terima dan di rasakan sebelim menjadi bagian integral dari tingkah laku seseorang. Nilai-nilai hidup yang di pelajari brulah betul-betul berkembang apabila telah di kaitkan dalam konteks kehidupan bersama.
b.      Menciptakan iklim lingkungan yang serasi
Seseorang yang mempelajari nilai hidup dan moral, kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pencerminan nilai hidup itu, pada umumnya dalah seseorang yang hidup dalam lingkungan yang secara positif, jujur, dan konsekuen, senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan nilai hidup terebut. Lingkungan merupakan faktor yang luas dan sangat berfasriasi, maka yang perlu diperhatikan adalah lingkungan sosial terdekat, yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagi pendidik, pembina orangtua dan guru.
Untuk remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman ata petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri. Pedoman ini untuk menumbuhkan identitas dirinya, menuju kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi ini. Lingkungan yang lebih banyak bersifat mengajak, mengundang, atau memberikan kesempatan, akan lebih efektif daripada lingkungan yang di tandai dengan larangan-larangan, dan peraturan-peraturan yang serba mambatasi.






















Kesimpulan
            Emosi adalah warna afektif yang kuat dan di tandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pola emosi remaja sama dengan pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi secara normal di alami antara lain cinta, gembira, marah, takut, cemas, dan sedih. Berbedanya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajatnya, serta pengendalian remaja terhadap ungkapan emosi mereka. Perbedaan individual dalam perkembangan emosi yang sebagian disebabkan oleh keadaan fisik, taraf kemampuan intelektual, dan kondisi lingkungan. Dalam kaitannya kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan, guru dapat melakukan upaya dalam pengembangan, emosi remaja, misalnya : konsisten dalam pengelolaan kelas, mendorong anak untuk bersaing denngan diri sendiri, pengelolaan diskusi di kelas dengan baik, mencoba memahami remaja, dan membantu siswa untuk berprestasi.
            Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat atau prinsip-prinsip hidup yang menjadi pegangan seseorang dalam hidupnya, baik sebagai pribadi, maupun sebagai warga negara. Sedangkan moral adalah ajaran baik atau buruk perbuatan, kelakuan, dan ahlak sikap adalah kesediaan berinteraksi individu terhadap suatu hal yang berkaitan antara lain : nilai dan sikap tampak dalam pengamalan nilai-nilai, pengenalan dan penghayatan terhadap nilai-nilai  berdasarkan moral, sikap yang dimiliki akan terbentuk sikap dan di wujudkannya tingkah laku yang mencerminkan nilai-nilai yang di anut.
Upaya-upaya yang dapat di lakukan dalam rangka pengembangan nilai, moral, dan sikap remaja adalah menciptakan komunikasi di samping memberikan informasi dan remaja di beri kesempatan untuk berpartisipasi untuk aspek moral, serta menciptakan sistem lingkunagan yang serasi atau kondusif.



0 komentar:

Posting Komentar