BUSINESS PLAN
PETERNAKAN
AYAM KAMPUNG “CINDE LARAS”
PRODUKSI
10
Desember 2013
Oleh
Pituruh,
Purworejo, Jawa Tengah
No
Telf. 0857 2929 9148
Email
: widyanto_supri@ymail.com
DAFTAR
ISI
COVER.............................................................................................................. i
DAFTAR
ISI...................................................................................................... ii
RANGKUMAN
EKSEKUTIF.......................................................................... iii
A.
PENJELASAN TENTANG PERUSAHAAN........................................... 1
1.
Latar Belakang ..................................................................................... 1
2.
Struktur Organisasi............................................................................... 3
3.
Strategi Usaha....................................................................................... 4
B.
PEMASARAN............................................................................................ 5
1.
Pasar Yang Dituju................................................................................. 5
2.
Potensi Pasar......................................................................................... 5
3.
Ramalan Yang Akan Datang................................................................ 6
C.
BARANG DAN JASA YANG DIHASILKAN....................................... 7
D.
USAHA MENINGKATKAN PENJUALAN............................................ 10
E.
PERMODALAN......................................................................................... 11
RANGKUMAN
EKSEKUTIF
Dewasa ini kebutuhan akan Daging ayam Kampung semakin meningkat, namun
hal tersbut tidak di imbangi dengan ketersediaan ayam di pasaran. Karena
hat itu kami yakin prospek peternakan
ayam kampung “ cinde laras “ mempunyai prospek yang menjanjikan. Berikut ini
akan kami jelaskan tentang jenis usaha, ,rincian modal usaha serta pengembangan
usaha yang mungkin dilakukan.
Usaha ini adalah usaha peternakan ayam kampung yang terletak di daerak
Pituruh, Purworejo, Jawa Tengah. Lahan yang dipakai adalah lahan sendiri seluas
200 meter. Tetapi yang digunakan untuk usaha peternakan hanya sekitar 25 meter.
Usaha ini adalah usaha peternakan ayam Kampung . Dalam usaha ini ayam yang dibeli
adalah yang sudah berumur 2-3 minggu ,yaitu ayam yang masih kecil. Ayam yang
dipelihara ada 1000 ekor. Setelah Usia
ayam 55-60 hari, sudah mulai bisa di panen. Tetapi untuk melakuka regenerasi
tidak semua ayam dipasarkan, indukan dan pejantan yang super di ambil untuk
kemudian di letakkan di kandang tersendiri, tentu sebagai bahan regenerasi.
Hasil Panen kemudian di pasarkan ke pasar , warung makan, maupun calon
pembei yang datang langsung. Pemeliharaan Ayam ini tergolong mudah, jadi kami tidak
membutuhkan banyak pegawai. Dalam pemeliharaan ayam, kami mempekerjakan satu orang pegawai untuk
memberi makan bebek – bebek setiap harinya, memberi vaksinasi dan vitamin serta
membersihkan kandang. Setelah Ayam di pasarkan kemudian membeli bibit ayam
lagi untuk dipelihara, ataupun menggunakan hasil dari ternak ayam yang sudah
dewasa.
Dalam perencanaan usaha ini, modal yang digunakan adalah modal sendiri
yang jumlahnya Rp 36.369.000.00, Kemudian keuntungan yang diperoleh disimpan
dan digunakan untuk pengembangan usaha. Untuk kedepannya berencana untuk
membuat kolam lele di bawah kandang agar lebih efektif dan efisien.
D.
PENJELASAN TENTANG PERUSAHAAN
1.
Later Belakang
Pembangunan
sub-sektor peternakan mengemban suatu fungsi yang sangat penting dalam
pembangunan nasional, yaitu fungsi untuk penyediaan bahan pangan hewani yang
berkualitas, berupa daging, telur dan susu. Upaya-upaya untuk meningkatkan
produksi peternakan merupakan pekerjaan rumah yang sangat besar bagi bangsa
ini, karena saat ini tingkat pencapaian konsumsi masyarakat Indonesia terhadap
protein hewani asal ternak masih rendah, yaitu sekitar 5,03 gram/kapita/hari
(tahun 2005). Tingkat pencapaian ini masih sangat dibawah standar yang
dikemukakan Widyakarta Nasional Pangan dan Gizi VI (1998) yang menyarankan
rakyat Indonesia mengkonsumsi protein hewani asal ternak 6 gram/kapita/hari
atau setara dengan daging 10,3 kg, telur 6,5 kg, dan susu 7,2 kg/kapita/tahun.bahkan
pencapaian ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pencapaian beberapa
Negara di kawasan Asia Tenggara dan Negara maju lainnya di dunia. Sebagai
contoh tingkat pencapaian konsumsi di Malaysia 28,4 g/kapita/hari dan Amerika
Serikat (AS) telah mencapai 73,5 g/kapita/hari. Sementara WHO menyarankan 26
g/kapita/hari.
Di
samping konsumsi protein hewani yang masih rendah, sampai saat ini Indonesia
belum mampu mandiri memenuhi bahan pangan protein hewani asal ternak. Walaupun
produksi ternak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tetapi
peningkatannya masih rendah dibandingkan dengan peningkatan permintaan,
meskipun Indonesia sudah mampu memenuhi bahan pangan bersumber ternak unggas (
daging ayam dan telur ). Bahkan menurut laporan FAO tahun 2005, Indonesia telah
mampu menempati 10 besar Negara produsen daging dan telur unggas dunia, tetapi
bukan merupakan Negara pengekspor karena habis untuk di konsumsi dalam negri
(Windhorst, 2006 ).
Ayam
kampung atau ayam buras (bukan ras) sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan
banyak dibudidayakan di pedesaan. Karena perawatannya tergolong mudah, daya
tahan hidupnya cukup tinggi, adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah serta
banyak digemari masyarakat karena baik daging maupun telurnya memiliki cita
rasa yang lebih disukai dibandingkan ayam ras (Krista dan Bagus, 2010).
Secara
umum, ayam kampung masih banyak dipelihara secara ekstensif-tradisional atau
umbaran walaupun sudah ada beberapa peternak yang membudidayakannya secara
intensif, namun jumlahnya masih sedikit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
populasi ayam kampung yang jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan ayam ras
baik secara nasional maupun yang ada di daerah Kabupaten Bogor. Menurut data
Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 populasi ayam kampung atau ayam buras
nasional baru mencapai 268.957.000 ekor, sementara populasi ayam ras sudah
mencapai 1.249.952.000 ekor . Untuk di kabupaten Bogor, dinas peternakan
provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 mencatat populasi ayam kampung baru
mencapai 1.318.299 ekor , sementara ayam ras sudah mencapai 15.771.780 ekor.
Rendahnya
tingkat produksi ayam kampung disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat
pertumbuhannya yang relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan ayam ras,
terbatasnya manajemen pemeliharaan dan tingginya variasi genetik pada ayam
kampung itu sendiri sehingga masih banyak peternak yang kurang
membudidayakannya terutama untuk penghasil daging dan telur. Padahal, bila ayam
kampung ini dibudidayakan secara intensif dengan pemberian pakan yang baik dan
teratur, pertumbuhan ayam jauh lebih cepat dibandingkan dengan pola
pemeliharaan ala kadarnya atau umbaran ( Krista dan Bagus, 2010).
Oleh
karena itu, dengan pemeliharaan yang intensif, pemberian pakan dan vaksin
secara teratur serta menjaga kebersihan kandang maupun lingkungan sekitarnya,
pertumbuhan ayam kampung pedaging akan lebih cepat. Atas dasar itu, beternak
ayam kampung pedaging merupakan suatu peluang usaha yang cukup menjanjikan.
Kami ingin mengembangkan ternak ayam kampung pedaging sebagai usaha yang
produktif.
2.
Struktur Organisasi
KETUA
SUPRI WIDYANTO
|
BAGIAN KEUANGAN
DWI ERNA
|
BAGIAN PRODUKSI
HERU
|
PENANGGUNG JAWAB
SYAMSURI
|
Pembagian
Tugas dan Fungsi :
1.
Ketua : memegang peranan penting dalam
mengambil kebijakan pengelolahan peternakan, selain itu ketua juga menentukan
strategi usaha. Selain itu ketua juga memegang kendali pemasaran produk.
2.
Bagian Produksi : bertanggung jawab
terhadap proses produksi, pemeliharaan kandang, pemeliharaan ternak, dan kegiatan
produsi di lapangan lainnya.
3.
Bagian keuangan : bertugas untuk
mengatur keluar masuk uang hasil produksi maupun pengeluaran untuk kegiatan
produksi dan pemasukan hasil penjualan.
4.
Penanggung jawab : bertugas untuk
mengawasi kegiatan peternakan yang berlangsung.
3.
Strategi Usaha
Untuk dapat mempermudah
akses pembeli dalam membangun tempat usaha saya memilih lokasi di daerah yang
tidak jauh dari pasar kurang lebih 1 km, sehingga untuk memasarkan hasil tidak
begitu sulit. Untuk mengawali usaha, dan berusaha memperkenalkan prodak ayam
kampung
Saya menjual ayam di
bawah hara pasar, namun secara perlahan setelah mendapat konsumen tetap akan
dinaikkan minimal sesuai harga pasar pada umumnya. Untuk mendukung orasional
saya dibantu oleh seorang yang mempunyai keterampilan dalam hal peternakan ayam
kampung.
E.
PEMASARAN
1.
Pasar yang dituju
Untuk
pemasarannya, pada tahap awal hasil ternak akan dipasarkan langsung ke
pasar-pasar tradisional baik yang ada di sekitar peternakan maupun pasar lain
yang ada di Purworejo dengan terlebih dahulu melakukan survei pasar untuk
mengetahui berapa kebutuhan ayam kampung pedaging ini dipasaran. Selain itu,
hasil ternak juga dapat dipasarkan langsung kepada konsumen seperti masyarakat
sekitar dan warung-warung yang menyediakan menu ayam kampung. Untuk tahap-tahap
selanjutnya akan lebih mudah karena diharapkan usaha peternakan ini sudah
mempunyai pelanggan tetap atau pengepul yang menampung hasil ternak.
2.
Potensi
Peternakan Ayam kampung
di Purworejo khususny masih sedikit, sehingga hal itu akan saya manfaatkan
sebagai upaya untuk memenuhi kebututuhan pasar. Selain itu berdasarkan survei
yang saya lakukan banyak warung makan yang mengalami kesulitan dalam
mendapatkan ayam kampung, dari situ saya yakin bahwa peternakan ayam kampung
memiliki prospek yang menjanjikan.
3.
RAMALAN DI MASA YANG AKAN DATANG
Seiring bertambahnya
pengetahuan masyarakat tentang kebutuhan gizi, permintaan akan ayam kampung
pasti akan meningkat. Untuk itu Strategi yang kami gunakan untuk pengembangan
usaha kami di masa mendatang yaitu dengan menambah modal untuk terus
memperbaiki proses produksi dan pendistribusian produk kami. Memperbaiki atau
meningkatkan kualitas kandang, menambah bibit – bibit yang akan dipelihara dan
membeli bibit – bibit unggul agar output yang dihasilkan juga berkualitas
unggul. Selain itu kami juga akan memperbaiki kondisi manajemen dan menambah
jumlah pegawai agar dapat bekerja lebih efektif lagi sesuai dengan bagiannya
masing – masing.dengan strategi yang demikian, diharapkan usaha kami akan tetap
tumbuh dan berkembang baik.
F.
BARANG DAN JASA YANG DIHASILKAN
Untuk
mendapatkan atau menghasilkan ayam yang super maka kebersihan kandang dan
kesehatan lingkungan kami utamakan, pemberian vaksin kepada ayam juga kami
lakukan dengan tujuan agar ayam terbebas dari penyakit, sehingga kualitas dari
Ayam yang dihasilkan bagus.
Keistimewaan
dari peternakan cinde laras yaitu menghasilkan prodak ayam yang gemuk dan tentu
saja bebas dari penyakit. Barang yang dihasilkan yaitu ayam kampung dengan
kualitas super, adapun proses untuk dapat menghasilkan produk adalah sebagai
berikut :
1.
Tahap Persiapan
Tahap
persiapan ini meliputi tahap persiapan kandang dan tahap persiapan pemesanan
bibit ayam kampung/DOC (day old chick)
a.
Persiapan kandang
1)
Pembuatan kandang untuk bibit DOC
2)
Perbaikan kandang untuk ayam yang
sudah dewasa
b.
Pemesanan bibit DOC
1)
Memesan bibit ayam kampung
2)
Kesepakatan harga
3)
Bibit diantar
Pada tahap ini juga kami akan melakukan
kerjasama dengan bapak Priatnomo sebagai supplier bibit ayam dan sekaligus
sebagai pengepul ayam yang sudah siap
panen, disamping itu kita juga bermitra
dengan masyarakat sekitar peternakan untuk pemeliharaan ayam tersebut.
2.
Tahap pemeliharaan
a.
Pemeliharaan bibit ayam
Cara
pemeliharaan bibit ayam adalah sebagai berikut:
Induk buatan atau yang biasa kita sebut
dengan box doc merupakan suatu teknik pemeliharaan awal doc ayam kampung yang
bertujuan untuk meminimalkan terjadinya berbagai masalah di fase awal ini. Box
dirancang khusus bertujuan untuk membuat ruang disekitarnya hangat,kering dan
cukup sirkulasi layaknya induk ayam kampung yang sebenarnya, sehingga
diharapkan doc ayam kampung tidak
terpapar suhu dingin dan kelembapan yang berlebihan akibat lingkungan sekitar.
Suhu awal yang diperlukan berkisar antara 35-38 derajat celcius tergantung
lingkungan masing-masing,serta yang paling penting untuk diperhatikan adalah
respon doc ayam kampung setelah masuk dalam box tersebut. Jika suhu di dalam
masih terlalu dingin maka doc akan mengumpul di dekat sumber penghangat dan
biasanya terjadi aksi penumpukan doc ayam kampung yang
biasanya mengakibatkan kematian yang cukup tinggi. Sirkulasi udara juga mutlak
dibutuhkan, seperti pada box diatas bisa dilihat adanya sirkulasi yang cukup
untuk memastikan metabolisme berjalan secara normal.
Spesifikasi teknis box penghangat doc ayam kampung ini
bisa bervariasi menurut kebutuhan masing-masing peternak, idealnya mempunyai
dimensi panjang 1m dengan lebar 1m serta tinggi 50 cm. Box bisa dibuat
bertingkat dengan pintu berada didepan atau diatas, bahan disarankan
menggunakan triplek dengan ketebalan min 3mm beralaskan anyaman
triplek/bambu/kawat strimin yang kemudian dialasi dengan koran dan ditambahkan
sekam padi. Semua aturan ini tidak mengikat dan semuanya disesuaikan dengan
kondisi masing-masing lingkungan,prinsipnya yaitu mendapatkan suhu yang
ideal,sirkulasi cukup dan mendapat penanganan intensif sehingga tercapai
keberhasilan dalam melewati fase kritis ini. Setelah fase kritis ini terlewati
angka keberhasilan ternak ayam kampung mencapai lebih dari 80 persen.
Berdasarkan pengalaman peternakan ayam
di Jogja Farm Group, frekuensi pengecekan box doc secara berkala mempunyai arti
penting dalam keberhasilan melewati fase-fase kritis tersebut. Secara berkala
keadaan box doc tiap 3 jam sekali dilakukan pengecekan, meliputi keadaan doc
ayam kampungnya, pakan, tempat minum, kelembabapan dan adanya perubahan tingkah
laku doc ayam kampung.
b.
Pemeliharaan ayam
Kenyataannya budidaya ternak ayam kampung menemui
kendala utama yaitu pertumbuhan yang cenderung lebih lambat jika dibandingkan
dengan ayam ras pedaging yang mampu panen dalam waktu 40 hari. Dengan adanya
teknologi baru, kini hadir ayam kampung super atau ayam jawa super,
ternak ayam kampung super secara nyata
lebih menjanjikan karena dalam masa pemeliharaan panen membutuhkan waktu 55-60
hari saja.
Masa panen yang cepat pada ayam kampung super memberikan
keuntungan yang cukup menggiurkan diantaranya tingkat kematian yang realatif
rendah, penghematan biaya pemeliharaan dan pakan. Ayam kampung super merupakan
hasil persilangan terbaru yang melibatkan teknologi pemuliabiakan ternak
sehingga didapatkan pertumbuhan yang cepat dan memiliki karakteristik daging
dan bentuk ayam kampung.
Nilai harga jual ayam kampung lebih
tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, harga berkisar antara 19rb-25rb
menurut riset pasar selama tahun 2010-2011. Penentu harga ayam kampung tetap
mengikuti kaidah hukum ekonomi yaitu keadaan pasar, penawaran dan permintaan.
Cara pemeliharaan ayam kampung relatif
mudah dan simpel, kandang yang dibutuhkan tidaklah harus dibuat dengan biaya
tinggi. Prinsipnya yaitu kandang kering, alas tidak basah dan lembab,sirkulasi
cukup dan usahakan kandang dengan tipe postal/lantai semen. Cocok untuk usaha
sampingan yang memiliki pekerjaan utama yang lain, pemberian pakan pagi dan
sore disesuaikan sesuai kebutuhan. Vitamin, obat-obatan, dan vaksinasi juga
perlu untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan mencegah penyakit.
G.
USAHA MENINGKATKAN PENJUALAN
1.
Sebagai usaha untuk meningkatkan
penjualan ayam kami memperkenalkan prodak ke pedagang daging di pasar, dengan
menawarkan ke warung makan yang menggunakan menu ayam kampung. selain itu
dengan membuat selebaran.
2.
Karena sifat usahanya yang belum begitu
besar maka kami tidak membuka perwakilan, namun apabila ada yang mau pesan bisa
menghubungi saya sendiri atau dengan datang langsung ke tempat peternakan.
3.
Dengan media online/ iklan di internet,
facebokk, dll
H.
PERMODALAN
1.
RANCANGAN
BIAYA
PENGELUARAN
a.
Biaya
Tetap
1.
Wadah pakan 22 unit @ Rp 21.000 Rp 462.000
2.
Tempat minum 22 unit @ Rp 18.000 Rp 396.000
3.
Box DOC 5 unit @ Rp 500.000 Rp 2.500.000
4.
Biaya reparasi kandang lama Rp 7.500.000
5.
Biaya perlengkapan dan peralatan
a.
Kabel 200m @ Rp 5.000 Rp 1.000.000
b.
Boklam 100 watt 12 unit @ Rp 5.500 Rp 66.000
c.
Triplek 6 lembar @ Rp 38.000 Rp 228.000
d.
Paku 3 kg @ Rp 13.000 Rp 39.000
e.
Kayu usuk 8 biji @ Rp 24.000 Rp 192.000
f.
Jarring 240m @ Rp 6.000/m Rp 1.440.000
g.
Bamboo 13 batang @ Rp 12.000 Rp 156.000
h.
Kawat 2 kg @ Rp 27.000/kg Rp 54.000
i.
Alat semprot hama Rp 450.000
j.
Ember 6 buah @ Rp 12.000 Rp 72.000
k.
Piting lampu 12 buah @ Rp 7.200 Rp 86.400
l.
Tali tambang 112m @ Rp 4.000/m Rp 448.000
m.
Sapu lidi 2 buah @ Rp 7.000 Rp 14.000
n.
Cikrak 2 buah @ Rp 8.500 Rp 17.000
o.
Senter 2 buah @ Rp 40.000 Rp 80.000
p.
Masker 2 pack @ Rp 24.300/pack Rp 48.600
q.
Timbangan gantung Rp 115.000
Total biaya perlengkapan dan
peralatan Rp 4.506.000
6.
Biaya 3 tukang @ Rp 65.000/hari, untuk 7
hari Rp 1.365.000
Total
biaya tetap Rp
16.729.000
b.
Biaya
variabel
1.
Bibit ayam (DOC) 1000 ekor @ Rp
4.800/ekor Rp 4.800.000
2.
Pakan ayam 42 sak @ Rp 270.000/sak Rp 11.340.000
3.
Biaya vaksin dan vitamin Rp 200.000
4.
Biaya gaji pegawai (untuk 2 bulan) Rp 1.000.000
5.
Biaya listrik dan air Rp 400.000
Total biaya variabel Rp
17.740.000
c.
Biaya
lain-lain
1.
Biaya angkut 2 kali @ Rp 250.000/kali Rp 500.000
2.
Lain-lain Rp 400.000
Total biaya lain lain Rp 900.000
Akumulasi Biaya-biaya
No
|
Biaya
|
Jumlah
|
1
|
Biaya tetap
|
Rp 16.729.000
|
2
|
Biaya variable
|
Rp 18.740.000
|
3
|
Biaya lain-lain
|
Rp 900.000
|
Total akumulasi biaya
|
Rp 36.369.000
|
2.
ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
a.
Laba
rugi
Proyeksi laba rugi “CINDY LARAS”
|
|||||
Unit
|
Satuan
|
Harga/unit
|
Per panen
|
Per tahun (11 x
panen)
|
|
Penjualan
|
480
|
Ekor
|
Rp 24.000
|
Rp 11.520.000
|
Rp 126.720.000
|
Produksi DOC
|
500
|
Ekor
|
Rp 4.800
|
Rp 2.400.000
|
Rp 26.400.000
|
Laba kotor
|
Rp 13.920.000
|
Rp
100.320.000
|
|||
Biaya operasional
|
|||||
Biaya pakan
|
21
|
Sak
|
Rp 270.000
|
Rp 5.670.000
|
Rp 62.370.000
|
Biaya vaksin
|
Rp 200.000
|
Rp 2.200.000
|
|||
Biaya gaji
|
Rp 1.000.000
|
Rp 11.000.000
|
|||
Biaya listrik & air
|
Rp 200.000
|
Rp 2.200.000
|
|||
Total biaya
|
Rp 7.070.000
|
Rp 77.770.000
|
|||
Laba bersih
|
Rp 5.678.000
|
Rp 22.550.000
|
b.
Aliran
kas
Proyeksi aliran kas tiga panen pertama “CINDY LARAS”
|
|||
Penjualan
|
Panen 1
480 ekor
|
Panen 2
580 ekor
|
Panen 3
680 ekor
|
Penjualan tunai @ Rp 24.000
|
Rp 11.520.000
|
Rp 13.920.000
|
Rp 16.320.000
|
Biaya produksi
|
|||
Harga DOC @ Rp 4.800 x 500 ekor
|
Rp 2.400.000
|
Rp 2.880.000
|
Rp 3.360.000
|
Biaya gaji
|
Rp 1.000.000
|
Rp 1.000.000
|
Rp 1.000.000
|
Biaya pakan
|
Rp 5.670.000
|
Rp 5.670.000
|
Rp 5.670.000
|
Biaya vaksin dan vitamin
|
Rp 200.000
|
Rp 200.000
|
Rp 200.000
|
Biaya listrik dan air
|
Rp 200.000
|
Rp 200.000
|
Rp 200.000
|
Total biaya
|
Rp 9.510.000
|
Rp 9.500.000
|
Rp 10.430.000
|
Kas awal
|
Rp 1.650.000
|
Rp 1.650.000
|
Rp 5.220.000
|
Kas akhir
|
Rp 1.650.000
|
Rp 5.220.000
|
Rp 10.710.000
|
0 komentar:
Posting Komentar