MAKALAH
PERKEMBANGAN
ASPEK KOGNITIF PADA BAYI USIA 0-2 TAHUN
Tugas
Mata Kuliah Psikologi Perkembangan I
Dosen
Pembimbing : Dra.Farida Salim Sungkar
Disusun
Oleh :
Nama : Supri Widyanto
NIM : 10144200270
Kelas : A1
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN
KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alaamiin
dengan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, penguasa langit dan
bumi beserta isinya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga
penulis diberikan kesehatan, kekuatan, serta petunjuk untuk menyelesaikan Makalah
Perkembangan Aspek Kognitif Pada Bayi Usia 0-2 Tahun. Sholawat dan salam
penulis semoga tercurah kepada uswatun khasanah kita Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarga, sahabat, dan insyaAllah kepada kita semua selaku ummat beliau hingga
akhir zaman.
Penulis tidak dapat menyusun laporan
praktikum ini dengan baik dan benar tanpa bantuan dan bimbingan dari semua
pihak, penulis dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Dra. Hj. Nur Wahyumiani, MA, selaku
Dekan FKIP Universitas PGRI Yogyakarta.
2.
Bapak Drs. Sarjiman, selaku kepala
Program Studi Bimbingan dan Konseling.
3.
Bapak Dra.Farida Salim Sungkar, selaku
dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Perkembangan I, yang telah meluangkan
waktu, pikiran, dan perhatiannya sehingga penulis dapat melakukan praktikum dan
menyusun laporan praktikum.
4.
Semua pihak yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu, dan teman - teman mahasiswa kelompok praktikum, sekali
lagi terima kasih atas bantuan serta kerja samanya.
Akhirnya
penulis hanya dapat mengharapkan, semoga ketulusan dan keikhlasan dalam
memberikan dukungan dan semangat bagi penulis sampai kepada terselesaikannya Makalah
Psikologi Umum ini.Banyak salah mohon
maaf dan semoga Allah swt melimpahkan rahmat, hidayah, dan innayahNya kepada
kita semua.Aamiin ya Rabbal’alaamiin.Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 04 Desember 2013
( Supri Widyanto )
.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ............................................................................................ i
KATA
PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ....................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................... 2
C.
Tujuan Pembahasan ................................................................ 2
D.
Manfaat Pembahasan ............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan ..................................................... 3
B.
Perkembangan Kognitif Pada Bayi Usia 0-2
Tahun .............. 4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ......................................................................... 11
B.
Saran
................................................................................ .. 11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa bayi berlangsung dua tahun pertama
setelah periode bayi yang baru lahir dua minggu. Masa bayi disebut juga sebagai
periode vital, karena kondisi dan mental bayi menjadi fundasi kokoh bagi
perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Karena itu peranannya sangat vital
dan penting. Lagi pula, pada periode ini berlangsung proses pertumbuhan yang
cepat sekali.
Bayi yang baru lahir dan sehat, dengan
cepat akan belajar menyesuaikan diri dengan alam lingkungannya, dan melakukan
tugas-tugas perkembangan tertentu. Ada tugas-tugas melakukan kegiatan yang
harus diatihnya setiap waktu, agar bayi atau anak mampu melakukan adaptasi
social (penyesuaian diri terhadap lingkungan social) dan mampu mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
Perkembangan anak penting dijadikan perhatian
khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi
kehidupan mereka pada masa mendatang. Jika perkembangan anak luput dari
perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan
tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.
Belakangan ini banyak orang
tua yang memperlakukan seorang bayi dengan tidak sesuai. Penanganan yang
dilakukan tidak sesuai dengan usia bayi yang cenderung masih belum mengerti
apa-apa dan masih dalam tahap pembelajaran.
Penanganan yang tidak sesuai akan
membahayakan dampak psikologis si bayi dan akan menjadi dasar terbentuknya
character yang tidak baik. Hal ini tentu saja sangat berbahaya bagi si bayi dan
masa depannya kelak. Oleh karena itu kami mencoba menyuguhkan penjelasan
tentang bayi sampai dengan umur dua tahun.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian perkembangan
2.
perkembangan aspek kognitif bayi usia
0-2 tahun
C.
Tujuan pembahasan
1.
Untuk dapat mengetahui aspek
perkembangan kognitif pada bayi usia 0-2 tahun.
2.
Sebagai bahan untuk menyelesaikan tugas
akhir mata kuliah psikologi perkembangan.
D.
Manfaat Pembahasan
1.
Memberikan pemahaman mengenai
perkembangan bayi pada usia 0-2 tahun.
2.
Memberikan gambaran aspek perkembangan
kognitif yang terjadi pada bayi usia 0-2 Tahun.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertisn Perkembangan
Istilah
perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. (Dianie E papalia 2008 : 3)
mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif
dalam organisme dari lahir sampai mati, pertumbuhan, perubahan dalam bentuk dan
dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional,
dan kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak
dipelajari.
Menurut
Van den Daele “Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif”.Ini berarti
bahwa perkembangan bykan sekedar penambah beberapa sentimeter pada tinggi badan
seseorang atau peningkatakn kemampuan seseorang, melainkan suatu proses
integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.
Menurut
F.J. Monks, pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang
lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali”. Perkembangan menunjuk pada
perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan
juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah
suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan umum, bahwa yang
dimaksud dengan perkembangan adalah perkembangan itu tidak terbatas pada
pengertian pertumbuhan semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung
serangkai perubahan psykis yang berlangsung terus-menerus dan bersifat tetap
dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu.
B.
Perkembangan
Kognitif pada bayi usia 0-2 Tahun
Tahap paling awal perkembangan kognitif
terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut
tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih
didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat,
meraba, menjamak, mendengar, membau (mencium) dan lain-lain. Pada tahap
sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang dari periode “belum
mempunyai gagasan” menjadi “ sudah mempunyai gagasan”. Gagasan mengenai benda
sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum
terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan masih
terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan diurutkan dengan logis.
Kognitif merupakan salah satu aspek
terpenting dari perkembangan yang berkaitan dengan pengetahuan perkembangan
kognitif yaitu pengetahuan bagaiman mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Perkembangan
Kognitif anak 0-2 th dilakukan dalam bentuk bermain sambil belajar dan belajar
seraya bermain.
Vygotsky adalah seorang psikolog
berkebangsaan Rusia yang meyakini bahwa bermain mempunyai peran langsung
terhadap perkembangan kognitif seorang anak. Menurutnya, anak kecil tidak mampu
berpikir abstrak karena bagi mereka anak tidak dapat berpikir tentang kuda
tanpa melihat kuda yang sebenarnya, karena meaning (makna) dan objek berbaur
menjadi satu. Jika anak–anak kemudian bisa bermain kuda-kudaan dengan
menggunakan pelepah pisang, maka pelepah pisang sebagai pengganti ojek kuda
dapat memisahkan makna pelepah pisang sebagai ”kuda” dan objek kuda yang
sesungguhnya.
Bruner memberikan penekanan pada fungsi
bermain sebagai saran untuk mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas. Dalam
bermain, yang lebih penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil
akhirnya. Saat bermain, seorang anak tidak memikirkan sasaran yang akan dicapai
sehingga dia mampu mencoba untuk memadukan berbagai perilaku baru. Dalam
keadaan tertekan, tidak mungkin hal itu dilakukan. Sekali anak memcoba
memadukan perilaku yang baru,dia akan menggunakan pengalaman tersebut untuk
memecahkan masalah yang dijumpai dalam kehidupan sebenarnya.
Smith percaya bahwa transformasi
simbolik yang muncul dalam kegiatan dalam kegiatan bermain khayal, misalnya:
pura-pura menggunakan batu sebagai telur, memudahkan transformasi simbolik
kognisi anak sehingga dapat meningkatkan fleksibilitasmental mereka. Smith juga
berteori bahwa bermain merupakan adptive variability, bahwa variabilitas
bermain memegang faktor kunci dalam perkembangan manusia. Hasil penelitian
dalam bidang neurologi menunjukkan bahwa potensi adaptif ini terbentuk dalam
perkembangan otak manusia yang berlangsung pada usia dini dapat membantu
aktualisasi potensi otak karena menyimpan lebih banyak veriabilitas yang secara
potensial sudah ada di dalam otak.
Menurut Singer, bermain memberikan
suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan,
baik dari dunia luar maupun dari dalam, yaitu aktivitas otak yang secara
konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman. Laju stimulasi
dari luar dandari dalam semakin optimal, jika keadaan emosi menyenangkan dan
itu diperoleh saat anak sedang bermain
Menurut Piaget, mekanisme perkembangan
sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap
perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses
asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan,
rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.
Piaget
membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
a. Periode 1 : Refleks
(umur 0 – 1 bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor
adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur
1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi lebih banyak bersifat refleks,
spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi
didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.
Tabel 1. Reflek awal manusia:
Refleks
|
stimulasi
|
Perilaku
bayi
|
Usia
munculnya refleks
|
Usia
hilangnya refleks
|
moro
|
Bayi
dijatuhkan atau mendengar suara yang keras
|
Menjulurkan
lengan, tangan, jari, melengkungkan badan, menarik kepala ke belakang
|
Bulan
ke tujuh kehamilan
|
3
bulan
|
Darwinian
(menggenggam)
|
Tekanan
pada telapak tangan bayi
|
Membuat
tinju yang kuat
|
Bulan
ke tujuh kehamilan
|
4
bulan
|
Tonic
neck
|
Bayi
dibaringkan telentang
|
Menolehkan
kepalanya ke satu sisi, agak menengadah.
|
7
bulan usia kehamilan
|
5
bulan
|
babkin
|
Tekanan
pada kedua tapak bayi secara sekaligus
|
Mulut
terbuka, mata tertutup, leher mengerut, dan kepala bergoyang ke depan
|
lahir
|
3
bulan
|
babinski
|
Tekanan
pada telapak kaki bayi
|
Jempol
terangkat, kaki tertarik
|
lahir
|
4
bulan
|
rooting
|
Tekanan
dengan menggunakan jari pada pipi atau bibir bayi
|
Kepala
berputar, mulut terbuka, gerakan menghisap dimulai
|
lahir
|
9
bulan
|
walking
|
Bayi
di gendong dengan kaki menyentuh permukaan datar
|
Membuat
gerakan seperti berjalan, yang tampak seperti berjalan yang terkoordinasi
dengan baik
|
1
bulan
|
4
bulan
|
swimming
|
Bayi
diletakkan ke dalam air dengan posisi muka menghadap ke bawah
|
Membuat
gerakan berenang yang terkoordinasi dengan baik
|
1
bulan
|
4
bulan
|
b. Periode 2 :
Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi
mulai membentuk kebiasan-kebiasaan awal. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba
dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat
diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan,
terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang
bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengadakan diferensiasi
akan macam-macam benda yang dipegangnya.
Pada periode ini pula, koordinasi
tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai
mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala
ke sumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini
merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.
c. Periode
3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai
menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan
Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian
di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa
jamah (perabaan). Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali
kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang
kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget
mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada sebuah benda yang dikenal,
seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau memperhatikan agak
lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “pengiyaan” akan arti benda itu
seakan ia mengetahuinya.
d. Periode
4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai
membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan
sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai
tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui.
Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya
telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi
mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari
kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak
bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang ruang.
e. Periode
5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)
Unsur pokok pada periode ini adalah
mulainya anak mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara
mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak
dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial
and Error untuk menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan
tersebut atau dengan kata lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada
periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati
bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru.
Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan
kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep
anak akan benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai
mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh
bila benda-benda itu dapat dilihat secara serentak.
f. Periode
Representasi (umur 18 – 24 bulan)
Periode ini adalah periode terakhir pada
tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan
cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetapi
juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak
berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke intelegensi representatif.
Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian,
dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda
pada tahap ini sudah maju, representasi ini membiarkan anak untuk mencari dan
menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan dalam konsep keruangan, anak
mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk
akal bila benda itu tidak kelihatan lagi.
Karakteristik anak yang berada pada
tahap ini adalah sebagai berikut:
1.
Berfikir melalui perbuatan (gerak),
2.
Perkembangan fisik yang dapat diamati
adalah gerak-gerak refleks sampai ia dapat berjalan dan berbicara,
3.
Belajar mengkoordinasi akal dan
geraknya, Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
Coba bayangkan, sejak umur 0-2 tahun
saja anak sudah ’sepintar’ itu. Bagaimana jika Ia diberikan stimulasi yang
sangat baik dari orang tuanya (dan juga orang-orang disekitarnya) hingga ia
berusia lebih besar lagi.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
perkembangan
adalah perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan semakin
membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkai perubahan psykis yang
berlangsung terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan
rohaniah yang dimiliki individu.
Tahap
paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar
berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap
sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau
(mencium) dan lain-lain. Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu
benda berkembang dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi “ sudah
mempunyai gagasan”. Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak
tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur
ruang dan waktu belum jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat
disistematisir dan diurutkan dengan logis.
B.
SARAN
Usia bayi 0-2
Tahun merupakan usia emas, karena pada usia tersebut otak anak akan mulai
terhubung jaringan-jaringan didalamnya, untuk itu penting bagi orang tua
ataupun orang di sekitar bayi untuk membantu perkembangan otaknya, denagan
memberikan stimuus-stimulus yang dapat merangsang perkembangan otaknyasupaya dapat
optimal.
oke, mampir lagi
BalasHapus