Sabtu, 12 Desember 2020

Bebas Berpendapat

RPL Bimbingan dan Konseling dengan Topik Bebas Berpendapat,. semoga bermanfaat.

Jumat, 11 Desember 2020

Selasa, 13 Februari 2018

“Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Simulation Games Pada Siswa X Mipa 4 SMA Negeri 1 Semarang”.



A.      Latar Belakang

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang dipercaya untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar didalamnya. Kegiatan belajar mengajar tersebut pada umumnya melibatkan interaksi edukatif antara guru yang mengajar dan siswa yang belajar, guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi yang dilakukan antara siswa dengan lingkungan. Salah satu tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh siswa adalah kepercayaan diri.
Kepercayaan diri merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang dan menjadi hal dasar yang penting untuk dikuasai siswa. Kepribadian, kemampuan bersosialisasi, dan kecerdasan bersumber dari rasa percaya diri. Rasa tidak percaya diri seringkali menjadi satu masalah yang sangat merisaukan, baik bagi  siswa, guru dan orang tuanya. Ketidakpercayaan diri pada siswa jika dibiarkan akan menghambat perkembangannya. Apalagi, siswa akan menghadapi kehidupan mendatang yang membutuhkan kekuatan jiwa serta keterampilan pengembangan dirinya. Tanpa adanya rasa percaya diri yang tinggi maka tumbuh kembang seseorang tidak akan optimal. Pradipta (2014:50)  kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Seseorang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Pongky (2014:46) pada prinsipnya rasa percaya diri itu adalah sebagai pelajaran dan pelatihan yang panjang untuk setiap pribadi manusia.
Namun pada kenyataannya dilapangan, menunjukkan bahwa siswa x mipa 4 sering asik bermain hp pada saat jam pelajaran, tidak memperhatikan guru, tidak berani untuk menjawab pertanyaan, malu bertanya, sering melihat pekerjaan teman dan tidak berani tampil di depan kelas. Perlu adanya upaya

untuk  pengembangan  rasa percaya diri peserta didik yaitu dengan unjuk diri menggunakan teknik  yang menarik tujuannya adalah agar siswa tidak jenuh dan pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga anak dapat tertarik dan rasa percaya diri anak meningkat.
Berdasarkan hasil observasi di SMA N 1 Semarang yang dilaksanakan pada tanggal 9 dan 23 Agustus 2017, peneliti memperoleh beberapa informasi yang berkaitan dengan gejala-gejala permasalahan yang dialami oleh siswa di kelas X Mipa 4 SMA N 1 Semarang, diantaranya siswa hanya diam ketika di tanya oleh guru, tidak mau menyampaikan pendapat, malu bertanya dan melihat pekerjaan temannya.
Hal tersebut didukung juga dengan hasil wawancara dengan guru BK tentang gejala permasalahan yang terjadi, diperoleh informasi bahwa siswa belum mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat, hal itu terlihat ketika proses belajar mengajar maupun pelayanan bimbingan konseling siswa tersebut terlihat pasif, Ada beberapa siswa yang memiliki latar belakang ekonomi yang kurang, sedangkan kebanyakan siswa-siswi di SMA N 1 Semarang berasal dari keluarga yang berasal dari latar belakang keluarga menengah keatas, Siswa ragu-ragu ketika menyampaikan pendapat, Siswa malu bertanya ketika belum memahami materi dan Merasa cemas ketika akan menghadapi ulang.
Fakta yang ditemukan peneliti di lapangan, dalam memberikan layanan guru bk tidak menggunakan teknik khusus atau media yang menyenangkan dan menunjang keaktifan siswa, guru masih terkesan mendominasi kelas dengan berceramah sehingga suasana kelas begitu pasif dan kurang menyenangkan. Ditambah lagi jadwal pemberian layanan di kelas x mipa 4 adalah jam terakhir tentu suasana sudah tidak kondusif dan nyaman bagi siswa.
Hasil Studi awal peneliti menunjukkan bahwa 70 % siswa merasa malu ketika menyampaikan pendapat, 61 % siswa merasa binggung berhadapan dengan orang banyak, 33 % mengalami kecemasan ketika akan menghadapi ulangan dan 69 persen lebih suka bekerja secara indiviudal. Selain beberapa temuan diatas, peneliti juga melihat adanya gejala yang nampak pada saat pengisian instrumen assesment kebutuhan, diantaranya: ada beberapa siswa dalam pengisian instrumen melihat pekerjaan temannya, malu  bertanya ketika tidak mengerti, ketika ditanya tidak mau menjawab, dan cenderung diam. Hal tersebut juga terlihat ketika pemberian layanan yang diberikan di kelas X Mipa 4, siswa yang berani bertanya hanya hanya 4 orang, ketika ditanya hanya diam dan sebagian besar takut untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru bk. Fenomena yang di temukan oleh peneliti mengindikasikan bahwa siswa di kelas x mipa 4 memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Menurut Angelis  (2005 : 20), indikator dari kurang percaya diri meliputi: rendah diri, rasa malu, rasa takut melakukan sesuatu, frustrasi, perasaan cemas atau bahkan sikap agresif. Gejala tidak percaya diri ini umumnya dianggap sebagai gangguan ringan karena tidak menimbulkan masalah besar. Disadari atau tidak, sebagian besar orang ternyata mengalami gejala tidak percaya diri seperti ini. Salirawati (2012: 219) menambahkan bahwa ciri  lain yang biasanya dimiliki oleh orang yang percaya dirinya rendah adalah selalu dihantui dengan perasaan takut gagal, mudah putus asa, merasa diri tidak mampu dan selalu bimbang atau ragu-ragu dalam memutuskan persoalan.
Ketika seseorang memiliki percaya diri yang rendah akan mengalami keragu raguan dalam melakukan suatu hal dan tidak bisa mengambil keputusan karena takut apa yang dilakukan akan mengalami kegagalan (pesimis), ketika mengalami kegagalan tidak mau berusaha lagi, kurang menghargai diri sendiri, dan cenderung menarik diri dari pergaulan. Hal ini sudah tentu akan menjadi penghambat dalam berinteraksi maupun proses belajar siswa di sekolah.
Rendahnya kepercayaan diri siswa tidak sepenuhnya berasal dari diri siswa, tetapi di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya kemampuan guru dalam memberikan materi atau layanan. Observasi yang dilakukan peneliti dan wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa dalam memberikan layanan guru cenderung hanya ceramah, kurang bisa menguasai kelas, tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam layanan serta jarang sekali menggunakan media atau teknik tertentu, sehingga siswa merasa tidak diberikan kesempatan untuk bisa mengembangkan dirinya untuk lebih percaya diri.
Peneliti tertarik untuk membantu siswa meningkatkan kepercayaan dirinya sehingga proses belajar siswa menjadi efektif dan menyenangkan. Karena apabila situasi tersebut dibiarkan dan tidak segera ditangani di khawatirkan hal tersebut akan mengganggu siswa dalam belajarnya, menjalin komunikasi, kehidupan sosial, karir dan hal lainnya yang tentu saja sangat merugikan siswa itu sendiri. Peneliti juga berupaya meningkatkan kualitas kinerjanya dengan menggunakan layanan yang bisa mendorong peran siswa untuk terlibat dan aktif dalam setiap kegiatan, sehingga hal itu bisa menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa.
Untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas x mipa 4, dapat dilakukan melalui layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling yang bisa diberikan untuk siswa kelas x mipa 4 meliputi layanan informasi, orientasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten,bimbingan kelompok, konseling kelompok dan konseling individu.
Peneliti memilih layanan penguasaan konten karena didalam layanan penguasaan konten siswa diberikan atau diajarkan untuk menguasai suatu keterampilan tertentu yang berkaitan dengan indikator kepercayaan diri. Keterampilan-keterampilan itulah yang diharapkan mampu diterima dan dilaksanakan oleh siswa dari hasil proses pemberian layanan. Penyelenggara layanan (konselor) secara aktif menyajikan bahan, memberikan contoh, merangsang, mendorong, dan menggerakkan (para) peserta untuk berpartisipasi aktif mengikuti dan menjalani materi dan kegiatan layanan.  Dengan hal tersebut tentu siswa akan memiliki kepercayaan diri, karena merasa diperhatikan, diberi kesempatan dan mencoba konten yang di pelajari secara langsung.
Namun untuk mengembangkan atau meningkatkan kepercayaan diri siswa diperlukan lagi suatu teknik khusus yang tepat dan sesuai, peneliti menggunakan teknik simulation games sebagai sebuah teknik yang digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, melalui permainan simulasi tersebut siswa diarahkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan indikator dari percaya diri itu sendiri.
Simulation games digunakan sebagai sarana untuk memberikan suatu perintah yang sifatnya mengarahkan peserta didik untuk bisa atau mampu menguasai suatu keterampilan tertentu. Pelaksanaan simulation games bisa bersifat pribadi atau kelompok. Diharapkan melalui penggunaan teknik simulation games, peserta didik mampu meningkatkan kepercayaan diri yang ditandai dengan keaktifan bertanya, mandiri dalam belajar maupun mengerjakan tugas, mampu menyampaikan pendapat, bersedia menerima masukan atau kritik dari orang lain.
Menurut penelitian yang dilakukan Wirahanteng (2014) mengenai kepercayaan diri, diketahui bahwa 7,8% siswa mengalami peningkatan kepercayaan diri untuk berbicara di depan kelas setelah diberikan layanan penguasaan konten dengan metode simulasi. Oleh karena itu peneliti merasa teknik permainan simulasi dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Adams dalam Tatiek Romlah (2006: 118) menjelaskan bahwa permainan simulasi adalah permainan yang dimaksud untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya. Tetapi situasi itu hampir selalu dimodifikasi, apakah dibuat lebih sederhana, atau diambil sebagian, atau dikeluarkan dari konteksnya. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa situasi yang disimulasikan hendaknya tidak terlalu kompleks dan tidak terlalu sederhana. Menurut Mayke (dalam sudono, 1995), belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.
Simulation games memiliki banyak sekali macamnya, seperti permainan kartu tantangan, Kartu Peran, toples ajaib, monopoli dan lainnya. Salah satu jenis permainan yang digunakan dalam penelitian ini adalah permainan toples ajaib, Permainan toples ajaib merupakan permainan yang menekankan pada strategi dalam menyusun dan memasukkan benda seperti bola, batu, pasir dan air.
Permainan dalam penelitian ini digunakan untuk membantu meningkatkan ketertarikan dan partisipasi siswa dalam mengikuti layanan karena ketika siswa sudah tertarik dan mau berpartisipasi dalam layanan, maka siswa tersebut sudah menunjukkan hal positif terkait kepercayaan diri. Siswa dilibatkan dalam melakukan permainan, diskusi dan mengamati jalannya permainan sehingga tidak terkesan monoton dan di dominasi oleh guru bk. Peran aktif siswa untuk terlibat dalam kegiatan maka hal itu akan menjadi daya dorong yang positif untuk menumbuhkan kepercayaan diri
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk membantu siswa meningkatkan kepercayaan diri menggunakan layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik simulation games, maka peneliti mencoba untuk menyusun penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang dikemas melalui sebuah penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Simulation Games Pada Siswa X Mipa 4 SMA Negeri 1 Semarang”.